kievskiy.org

Apa itu Streisand Effect? Ingin Sembunyikan Informasi, tapi Malah Viral

Proyek iklan videotron dari akun X @aniesbubble dan akun X @olpproject di Grand Metropolitan Bekasi.
Proyek iklan videotron dari akun X @aniesbubble dan akun X @olpproject di Grand Metropolitan Bekasi. /Akun X @aniesbubble

PIKIRAN RAKYAT - Berikut penjelasan Streisand Effect yang ternyata berkaitan dengan upaya menyensor sebuah informasi. Efek itu menyebabkan informasi tersebut justru diperbincangkan banyak orang, hal ini terjadi terhadap Anies Baswedan.

Terdapat beberapa pengertian mengenai efek tersebut yang bisa disimak. Semuanya berakar pada gagalnya upaya menyensor sebuah informasi, dampaknya adalah justru menyebabkan hal sebaliknya.

Apa itu Streisand Effect?

Streisand Effect adalah upaya menyensor, menyembunyikan, atau mengalihkan perhatian, hal itu justru menarik perhatian orang lain untuk mengetahui informasi tersebut. Istilah ini diambil dari nama Barbara Streisand, ia menggugat fotografer tahun 2003, peristiwa tuntutan akan foto yang diambil dari internet itu justru menarik perhatian.

Barbara Streisand kala itu mengajukan gugatan terhadap fotografer Kenneth Adelman, pendiri California Coastal Records Project. Di antara foto yang dipotretnya ternyata menampilkan rumah besar Streisand, ia pun menggugatnya sebesar 50 juta dolar AS atau sekira Rp779 miliar. Ia menyebut foto itu melanggar privasinya.

Saat gugatan dilayangkan, foto itu justru menyebar dan dipublikasikan secara luas. Foto itu yang pada awalnya diunduh enam kali, menjadi diunduh 400 ribu kali, diunggah ulang di laman berita atau tempat lain di internet. Streisand pada akhirnya kalah dalam gugatannya, ia yang justru membayar biaya hukum gugatan tersebut.

"Para pakar mencatat bahwa penyensoran sering kali menjadi bumerang ketika masyarakat melihat adanya upaya yang dilakukan oleh orang atau organisasi yang berkuasa untuk menindas kebebasan berpendapat. Hal ini dapat memicu kemarahan publik, terutama jika berita tersebut melibatkan pihak yang tidak diunggulkan. Selain itu, upaya sensor dapat memacu rasa ingin tahu. Pelarangan buku dan situs web, misalnya, sering kali semakin meningkatkan minat terhadap buku dan situs tersebut. Orang-orang cenderung ingin menilai sendiri apa yang tidak pantas mengenai sesuatu yang dipilih untuk ditekan," ujar Britannica.

Sementara itu, peneliti media Paul Armstrong menyebut Streisand Effect adalah pengingat terhadap selebritas ataupun brand besar bahwa apa yang dilakukannya bisa berdampak meski baru sebentar disebar.

"Orang-orang memiliki rasa ingin tahu bawaan. Jika hal ini bercampur dengan rasa takut ketinggalan, merasa ada sesuatu yang disembunyikan dari mereka, atau seseorang bertindak berlebihan terhadap sesuatu, hal ini dapat menyebabkan individu bereaksi dengan cara yang tidak diinginkan atau nakal yang kemudian didukung oleh orang lain," katanya.

"Gabungkan kombinasi ini dengan ketidaksukaan alami terhadap sensor, maka merek atau individu dapat menimbulkan bencana di tangan mereka," ujarnya, dilansir dari laman BBC.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat