kievskiy.org

Hacker Bebas Ambil Data PDN Sampai Tuntas, Keamanannya Lemah atau Ada Kongkalikong dengan Orang Dalam?

Ilustrasi data center/pusat data.
Ilustrasi data center/pusat data. /Pixabay/geralt

PIKIRAN RAKYAT - Pakar IT, Agus Maksum menjelaskan bahwa Pusat Data Nasional merupakan server yang diletakkan dalam satu infrastruktur yang memenuhi syarat keamanan internasional kategori Tier 4.

"Apa itu? dia ada di satu gedung, gedung itu harus jauh dari jalan, gedung itu punya ketebalan tembok sekian, untuk masuk ke gedung itu ada SOP-nya, enggak bisa orang itu masuk ke situ," tuturnya, Senin 1 Juli 2024.

"Untuk masuk ke situ, dia harus punya izin dulu. Kemudian dia punya barcode untuk masuk, lalu untuk masuk sampai ke server di mana (pusat data nasional) itu berada tujuh lapis pintunya," ujar Agus Maksum menambahkan.

Dia mengungkapkan, keamanan atau penjagaan di setiap lapis pintu berbeda-beda. Ada proses bertahap yang harus dilalui seseorang, jika ingin masuk ke server Pusat Data Nasional.

"Pembangunan Data Center itu sudah ada best practice-nya atau sudah ada aturan bakunya. Ini sudah kesepakatan internasional untuk security itu ada standarisasinya, kalau mau membangun sebuah Data Center dengan Tier 4 itu begitu," ujar Agus Maksum.

"Siapa yang ditugasi membangun data center pasti punya kualifikasi dan kemampuan pemahaman yang sama. Ini yang kemudian bisa kita pahami bahwa apa yang terjadi dalam pusat data nasional itu tidak memenuhi standar ini," katanya menambahkan.

Agus Maksum menilai, ketika pemerintah membangun Pusat Data Nasional, seharusnya baik infrastruktur maupun server di dalamnya memiliki keamanan berlapis. Sehingga, datanya tidak akan hancur atau hilang meski terkena bencana alam sekali pun.

"Itu namanya hot server, (server utama) yang online. Lalu kemudian harus ada namanya warm server atau server mirroring, mem-backup data. jadi data yang terjadi di hot server yang sedang online itu otomatis langsung ada, istilahnya mirroring. Itu sama persis seperti yang ada di data hot server," tuturnya.

"Warm server itu jaraknya minimal 50 km dari hot server, katakanlah kalau dia ada di Jakarta mungkin di Bogor atau di Surabaya. Jadi ketika kemudian terjadi bencana seperti misalnya gempa bumi, banjir, atau juga di-hack dan kemudian dikunci, maka kemudian yang warm server atau server cadangan Itu otomatis dia nyala dan otomatis pasti punya back-up," ucap Agus Maksum menambahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat