kievskiy.org

Toni Akan Berlatih di Amerika Serikat

JAKARTA, (PR).- Kepastian pemusatan latihan untuk pebalap sepeda BMX Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Toni Syarifuddin akhirnya terjawab. Toni akan berlatih di Amerika Serikat bersama mantan pelatih tim BMX Amerika untuk Olimpiade 2008, Joey Bradford. Hal itu diungkapkan Ketua Umum PB ISSI yang juga Chef de Mission (CdM) kontingen Indonesia untuk Olimpiade, Raja Sapta Oktohari ketika buka bersama Keluarga Besar ISSI di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Senin 20 Juni 2016 malam. Menurutnya, Toni akan secepatnya bertolak menuju Amerika mengingat waktu persiapannya untuk berlatih dengan sirkuit supercross sudah semakin sedikit. Efektif, pebalap asal Jawa Timur ini hanya memiliki waktu 30 hari untuk berlatih. Pemilihan Amerika sendiri sebagai tempat trainning camp, selain karena masalah jarak yang lebih dekat dengan Brasil, tetapi di kota Orlando, Florida yang akan menjadi tujuan berlatih Toni, juga memiliki replika sirkuit supercross yang akan dipergunakan di Brasil nanti. Terlebih karena akan banyak atlet dunia berlatih di sana, maka Toni harapannya bisa menyerap ilmu dari pebalap lainnya. "Berangkat kapan? secepatnya, karena ini bertujuan untuk memaksimalkan persiapannya di sana. Paling lama minggu depan dia sudah pergi lah. Berapa lama? ya sampai persiapannya maksimal. Karena dia sebenarnya tidak perlu buru-buru datang ke Brasil, karena di baru bertanding pada 17 Juli, jadi dia bisa datang pada 15 Juli 2016," ucapnya. Karena di Orlando nanti latihannya hanya akan diberikan slot dua kali seminggu untuk berlatih di sirkuit tersebut, maka menurut Okto pihaknya akan berdiskusi dengan pelatih Toni disana untuk mencari tempat latihan lainnya untuk mengisi slot latihan lainnya. Nantinya, setelah berlatih di Amerika, Toni akan langsung menuju Brasil untuk aklimatisasi. Pelatih BMX Indonesia, Dadang Haries Purnomo mengatakan TC ke Amerika ini sangat penting, mengingat Toni belum pernah sama sekali mengenal sirkuit supercross ini. Pengalaman bertanding di Kejuaraan Dunia di Columbia beberapa waktu lalu, menurutnya tidak banyak membantu. "Di Columbia dari empat kali percobaan, dia (Toni) sama sekali belum bisa menaklukan. Dari empat kali tersebut, Toni dua kali terjatuh dan dua kali dua tidak bisa meleati pro section atau big jump. Padahal untuk melakukan satu kali lompatan adalah 15 menit," tukasnya. Kenapa dua pebalap Indonesia, Toni dan Rio Akbar yang mengikuti Kejuaraan Dunia tidak bisa menaklukan sirkuit supercross tersebut karena mereka tidak terbiasa. Sirkuit ini memiliki handicap yang lebih besar dibandingkan sirkuit BMX lainnya, dengan starting ground 8 meter dan kecepatan 60 km/jam. "Adaptasi memang tergantung dari talent sang atletnya sendiri. Tony misalnya di Columbia kemarin, dalam tiga hari melakukan dua kali free practice saja tetap tidak bisa. Di BMX seperti pada Kejuaraan Dunia kemarin, sebenarnya panitia menyediakan free practice untuk para pembalap selama tiga minggu untuk melakukan adaptasi. Negara lain, sudah datang 2-3 bulan sebelumnya untuk adaptasi sirkuit, sementara kita hanya datang untuk langsung bertanding," ujar Dadang menjelaskan. Kasus yang sama seperti sirkuit supercross yang akan dipergunakan di Olimpiade nanti. Dimana sebelumnya ada pre-olimpik dimana para atlet bisa mencoba sirkuit. Pada 2015 lalu, dua kali sirkuit ini dibuka untuk free practice, sementara di tahun ini satu kali dibuka pada awal tahun kemarin, tapi sayang, menurut Dadang, Indonesia tidak mengirimkan atletnya. Sementara itu bagi Toni, sebagai satu-satunya atlet yang mewakili Indonesia di cabang ini di Olimpiade, target di Olimpiade nanti tidak muluk. Bisa masuk ke putaran final saja dinilainya sudah cukup memuaskan. "Ya bangga saya bisa masuk menjadi satu-satunya wakil Indonesia. Tapi harus realistis, dengan persiapan saya yang mepet dan persaingan di Olimpiade nanti yang pasti ketat, bisa masuk ke putaran final saja sudah puas. Pesaing terkuat dari Belanda, Amerika, dan Jepang," kata Toni. Belum pernah berlatih intensif dengan sirkut supercross diakuinya cukup menyulitkan, mengingat sampai saat ini dia belum mendapatkan 'feel'-nya. Karena selama ini dia berlatih di sirkuit biasa, yang hanya memiliki kecepatan maksimal 40 km/jam. "Butuh penyesuaian berapa lama? idealnya setahun sebelumnya, kita sudah nyoba berlatih di sirkuit itu. Tapi ini dalam satu bulan saya akan mencoba mengejar. Saat ini saya fokus penajaman teknik dan mencoba berlatih jumping dengan speed lebih tinggi lagi guna membiasakan dengan sirkuit supercross nanti. Secara mental tentu grogi itu ada, tapi pelatih selalu memberikan semangat untuk saya bisa terus maju," tuturnya menambahkan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat