kievskiy.org

Siswa SLB Perlu Motivasi Khusus untuk Mengerjakan UN

MAJALENGKA,(PR).- Sri Amina Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) di Yayasan Pendidikan Luar Biasa B Majalengka terus berupaya memotivasi peserta Ujian Nasional berseragam putih abu, Adam Putra Azis agar bersedia mengisi seluruh soal yang diujikan pada saat Ujian Nasional tingkat SMP yang dimulai Senin 9 Mei 2016. Adam, meski sudah berseragam putih abu ternyata dia masih sekolah di bangku SMP dan baru mengikuti ujian akhir SMP, kesehariannya di sekolah Adam memang mengenakan baju seragam SMA dengan alasan malu karena usianya lebih tua dibanding usia sekolahnya. Dia memiliki keterbelakangan mental, tuna rungu dan tuna daksa sehingga sulit untuk menulis jawaban ataupun membaca soal ujian, karenanya perlu motivasi agar bersedia mengisi dan menyelesaikan seluruh soal ujian. Dengan terus dimotivasi akhirnya Adam bisa menyelesaikan seluruh soal sesuai waktu yang diberikan oleh pengawas ujian nasional, persoalan benar dan tidak dalam mengisi seluruh soal itu hal lain, karena toh orang normalpun tidak seluruhnya tersisi dengan benar. Menurut keterangan Kepala SLB YPLB, Sri Amina, ada dua orang siswa yang mengikuti UN di sekolahnya, selain Adam juga Ayu Wahyuni yang mengalami tuna daksa, dia tak mampu berjalan sejak kecil. Hanya Ayu tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengisi soal-soal ujian, karena masih bisa melihat dan lebih banyak mencerna pelajaran di sekolahnya. Tak heran dia tidak begitu mengalami kesulitan dalam membaca soal ujian. Ayu sendiri mengaku telah mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional seperti anak lainnya di sekolah umum yang juga sedang mengikuti UN. “Anak berkebutuhan husus tentu tidak boleh disamakan dengan siswa yang normal, mereka tetap butuh motivasi dan bimbingan karenanya wajar bila pengawas sulit mengarahkan anak berkebutuhan khusus terutama mereka yang memiliki keterbelakangan mental,” ungkap Sri Amina. Sri Amina pun tidak pernah mempersoalkan baju yang dikenakan seluruh murid dan siswa di sekolahnya seperti yang dilakukan Adam yang sejak lama sudah mengenakan baju seragam SMA , padahal masih duduk dibangku SMP. Yang terpenting semua warga berkebutuhan husus bersedia sekolah untuk bekal mereka hidup kelak. “Tujuan akhirnya mereka sekolah agar tidak terus bergantung pada orang lain tapi harus mampu mandiri untuk dirinya sendiri, meski mereka punya keterbatasan fisik,“ jelas Sri. Di sekolah yang dipimpinnya menurut Sri ada sebanyak 40 orang siswa dengan berbagai latar belakang, antara lain tuna daksa, tuna rungu dan tuna grahita. Setelah mereka lulus sekolan para siswapun sebagian disalurkan untuk bekerja secara mandiri sesuai yang diajarkan di sekolah yang mendidik kemandirian. Makanya sebagian lulusan SLB kini ada yang sudah menjadi perajin kue, telur asin, membuka pencucian kendaraan dan pompa ban, menerima potong rambut dan kecantikan, serta sejumlah kegiatan lainnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat