kievskiy.org

Aksi Unjuk Rasa Dosen dan Karyawan Unswagati Berujung Ricuh

PULUHAN dosen dan karyawan Unswagati berunjukrasa memprotes keteledoran yayasan dan rektorat yang meloloskan Suherli Kusmana menjadi Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunungjati, ke kantor yayasan di kompleks Bima Selasa 26 September 2017.*
PULUHAN dosen dan karyawan Unswagati berunjukrasa memprotes keteledoran yayasan dan rektorat yang meloloskan Suherli Kusmana menjadi Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunungjati, ke kantor yayasan di kompleks Bima Selasa 26 September 2017.*

CIREBON,  (PR). - Puluhan dosen dan karyawan Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon berunjukrasa, ke kantor Yayasan Pendidikan Swadaya Gunungjati di Kompleks Bima, Selasa 26 September 2017. Mereka memprotes keteledoran yayasan dan rektorat yang meloloskan Suhaerli Kusmana menduduki jabatan struktural sebagai Wakil Ketua Yayasan,  padahal Suherli berstatus Aparatur Sipil Negara.

Selain memprotes Suherli, pengunjukrasa juga menuntut pengelolaan keuangan dikembalikan lagi kepada sistem lama.  Bersamaan dengan pelantikan pengurus yayasan baru,  pada Maret lalu,  pengelolaan keuangan yang semula dilakukan masing-masing fakultas,  diambil alih yayasan. Tidak kalah dengan aksi unjuk rasa mahasiswa,  selain gelar spanduk,  aksi bakar ban bekas dan saling dorong dan kricuhan juga mewarnai unjuk rasa dosen dan karyawan Unswagati. Sementara para mahasiswa hanya menonton.

Salah seorang koordinator aksi, Bambang Medivit menjelaskan, aksi yang dilakukan, merupakan buntut dari terbitnya surat teguran dari Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV Jawa Barat berkaitan posisi Suherli di wakil ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati.

“Pak Profesor Doktor Suherli Kusmana MPd itu dosen Kopertis dan statusnya ASN. Namun kenapa diloloskan menjadi wakil ketua yayasan. Padahal UU ASN, melarang seorang ASN menjadi pengurus di yayasan,” ungkap Medi. Menurutnya, Kopertis sampai dua kali menegur, karena teguran pertama diabaikan, oleh semua pihak terkait. Teguran yang kedua kalinya yaitu pada 11 September 2017 lalu, sepertinya juga akan diabaikan.

“Makanya kami bergera untuk mengingatkan yayasan dan rektorat untuk kembali kepada jalurnya, “ katanya. Selain itu, lanjut Medi, yang paling krusial dan memancing emosi semua pegawai di Unswagati adalah, perubahan sistem pengelolaan keuangan kampus.

Semula, keuangan dikelola oleh kampus, tapi ketika struktur pengurus yayasan yang baru terbentuk pada beberapa bulan lalu, pengelolaan keuangan diambilalih yayasan. “Dulu dikelola secara mandiri di universitas dengan masing-masing fakultas. Tapi sekarang pengelolaannya di yayasan. Ini yang memunculkan kemarahan,” terangnya.

Atas kondisi tersebut, Medi menegaskan, para pegawai mendesak agar Suherli dikembalikan ke Kopertis. Begitu juga untuk pembinaan kepada yang bersangkutan, Kopertis diminta turun tangan. “Kemudian kembalikan pola pengelolaan keuangan seperti awal, yaitu di universitas, bukan di yayasan,” kata dia. Sebelum pengelolaan keuangan dikembalikan lagi kepada universitas,  pengunjukrasa menuntut agar dilakukan audit terlebih dahulu.

Surat tuntutan

Sementara itu Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunungjati Dadang Sukandar Kasidin yang menerima pengunjuk rasa berjanji akan mengakomodir semua tuntutan pengunjuk rasa,  termasuk soal audit independen. Tidak lama setelah Dadang menjanjikan hal itu, pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri,  setelah berhasil memaksa Dadang menandatangani surat pernyataan berisi tuntutan.

Saat dikonfirmasi terkait dengan lolosnya Suherli menjadi wakil ketua yayasan,  Dadang mengungkapkan,  sebenarnya sebelum diputuskan masuk struktural, pihaknya sudah meminta masukan dari rektorat maupun Suherli langsung. “Baik yang bersangkutan maupun rektor mengungkapkan, tidak ada persoalan. Ya sudah,  akhirnya dilantik,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat