kievskiy.org

Abad Ke-12, Kegemilangan Ilmuwan Muslim

ILMUWAN Muslim sempat mengalami kejayaan pada abad ke-12. Mereka sudah mampu menciptakan robot. Belajar dari hal tersebut, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati ingin kembali membangkitkan semangat menciptakan robot-robot yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.*
ILMUWAN Muslim sempat mengalami kejayaan pada abad ke-12. Mereka sudah mampu menciptakan robot. Belajar dari hal tersebut, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati ingin kembali membangkitkan semangat menciptakan robot-robot yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.*

IBN Katsir dalam Kitab Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, menceritakan bahwa ada satu pintu di Masjid Jami Damaskus disebut pintu as-sa’at (pintu jam), karena pada pintu itu dipasang jam yang cukup unik. Jam itu tak hanya menunjukkan waktu, tetapi juga memiliki estetika yang menarik. Pada jam itu ada replika burung-burung pipit, ular, dan elang yang terbuat dari tembaga. Pada saat tertentu, ular tembaga itu bergerak, lalu secara otomatis burung pipit bersiul, dan elang berteriak, seraya satu kerikil jatuh ke dalam wadah. Saat itulah semua orang tahu bahwa waktu telah berlalu satu jam.  

Jam itu diciptakan oleh As-Sa’ati Muhammad bin Ali, seorang ilmuwan Muslim pada abad keenam. Anak dari As-Sa’ati tak kalah kreatifnya. Atas permintaan khalifah ia membuat robot untuk berwudu. Wujudnya seperti manusia yang berdiri, tangan kanannya memegang teko air dan tangan kirinya memegang handuk. Di atas serban manusia robot itu terdapat seekor robot burung. Saat waktu salat tiba, burung berbunyi, bersiul-siul, lalu robot itu maju melangkah menuju tuannya. Robot itu mengalirkan air dari teko dengan kadar tertentu untuk berwudu. Selesai berwudu robot itu menyerahkan handuk. Selesai berwudu, robot itu kembali ke tempatnya semula diiringi bunyi siulan burung pipit. Anak As-Sa’ati itu bernama Al-Jazari yang menulis buku Al-Jami’ bayn al-Ilm wa al-Amal al-Nafi fi Shina’ati al-Hiyal, satu buku tentang sains yang didasarkan pada prinsip ajaran Islam. 

Al-Jazari tak hanya menciptakan satu robot, ada juga robot lain yang pintar memainkan musik dengan nada dan lagu yang beragam. Semua itu tercipta dan berkembang pada abad ke-12 di dunia Islam, sementara di Eropa hal serupa baru pada tahap rancangan pada karya Da Vinci pada 1478.  Tiga abad jaraknya, Eropa baru bisa merancang teknologi automata, yakni mesin yang dapat berjalan sendiri (selfoperating). Namun, setelah itu sejarah menunjukkan alur yang berbeda, kejayaan Islam mulai menurun pada abad ke 15, umat Islam sibuk menangkis kemunduran yang seperti tak terelakkan. Sampai pada akhirnya, peradaban Islam lebih banyak menciptakan teks-teks yang mempertahankan dirinya, memagari akidah agar tak tercemar gerak kemajuan Eropa, sehingga lupa meneruskan kegemilangan Al-Jazari. Tak sekadar lupa, tetapi pada beberapa pihak, menganggap sains sebagai sihir, atau bid’ah, yang harus dijauhi karena merusak akidah.

Romantisme kesuksesan Al-Jazari, seorang Muslim taat sekaligus pencipta teknologi canggih, menjadi mimpi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Belum banyak yang dihasilkan UIN, karena proses transformasi dari IAIN ke UIN baru dimulai 2003. Prodi yang berorientasi pada sains pun baru program studi (prodi) matematika, fisika, kimia, agroteknologi, teknik elektro, psikologi, manajemen, dan teknik informatika. Namun, jalan baru telah dimulai, beberapa hasil sudah mulai tampak, seperti putik-putik pada pepohonan yang siap berbuah di masa depan. Namun, sejak 2011, ada sejumlah dosen dan mahasiswa dikoordinasikan oleh Mada Sanjaya WS, yang berusaha mewujudkan ulang capaian As-Sa’ati dan Al-Jazari ini. Kemudian muncullah temuan-temuan teknologi yang menarik seperti pendeteksi minyak babi, kompas penentu arah kiblat dan waktu salat yang bekerja secara otomatis, pendeteksi makharij al-huruf, robot soSial, dan sebagainya.

Robot sosial 

Saat ini ada dua model robot sosial berbentuk humanoid yang dikembangkan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Satu robot bernama SyPEHUL, dan satu lagi bernama OONbot. SyPEHUL adalah robot berupa kepala manusia yang dapat berkespresi dan berbincang-bincang.  SyPEHUL bisa mengenali identitas orang, menunjukkan ekspresi senang, sedih, marah, dan ekspresi manusiawi lainnya, sekaligus juga bisa diajak mengobrol walau masih dalam batasan tertentu. Sementara OONbot (2018) merupakan pengembangan dari SyPEHUL yang semula hanya berupa kepala menjadi dilengkapi dengan dua tangan dan roda untuk bergerak.

Pencapaian dua robot ini merupakan hasil kerja panjang dari tahun 2011 sejumlah dosen dan mahasiswa UIN Bandung memulai cakrawala Al-Jazari dengan membuat sejumlah diskusi mengenai robot Cerdas. Tahun 2011-2012 hasil belajar itu dirumuskan dalam bentuk praktek membuat robot sederhana,  tahun 2013 robot sederhana itu dilengkapi dengan komputer vision sehingga robot tersebut  memiliki penglihatan  yang bisa mencandrai bentuk, gerak, dan warna. Kemudian pada tahun 2014, robot itu ditambahi lagi dengan speech recognition sehingga bisa mendengar dan menerima perintah dari manusia.  

Robot sederhana itu pada tahun 2014 sudah bisa digerakkan dengan perintah ucapan manusia, inilah yang kemudian menjadi SyPEHUL dan OONbot. Setelah dapat mengembangkan robot yang dapat diperintah dengan suara, ilmuwan UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2015 mengembangkan pengendalian robot dengan sinyal otak, pikiran.  Bekerja sama dengan LIPI dan Dikti, dilakukan pengembangan kursi roda yang dapat dikendalikan dengan sinyal otak. Kursi roda sejenis biasa digunakan untuk penyandang disabilitas, yang selama ini baru dikembangkan melalui pengendalian suara. 

Pengembangan teknologi di UIN Sunan Gunung Djati Bandung tidak pernah lepas dari spirit Wahyu Memandu Ilmu. Teknologi dipandang sebagai alat untuk memuliakan kehidupan berdasarkan wahyu.  Karena itu, selain robot, dikembangkan  sejumlah alat yang terkait dengan spirit wahyu. Misalnya dikembangkan alat portable, penunjuk waktu salat dan kiblat otomatis berdasarkan lokasi dan realtime. Pada akhir 2017 dikembangkan alat pendeteksi minyak babi berbasis karakteristik sifat listrik dan optika, kemudian awal 2018 dikembangkan mengembangkan alat yang bisa membedakan pengucapan makhraj huruf Alquran yang benar, alat ini bisa meluruskan kesalahan baca pada beberapa huruf Alquran yang mirip seperti anatra pengucapan alif dan ‘ain, tsa dan sa, dla, dan da. 

Semuanya dalam spirit ”wahyu memandu ilmu”, semua robot itu dikembangkan dengan capaian akhir ada robot di keluarga muslim yang bisa mengajari mengaji, bercerita, membantu mendeteksi makanan halal, dan penerapan spirit wahyu lainnya. Bagi ilmuwan UIN robot tetaplah robot, walaupun cerdas posisinya tetap di bawah kendali manusia. Oleh karena itu, ”robot cerdas” yang dikembangkan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dinamai SyPEHUL dan OONbot, dua nama yang dalam bahasa Sunda berarti ”tidak cerdas”. SyPEHUL sebenarnya kependekan dari System of Physics, Electronics, Humanoid Robot, and Machine Learning, versinya yang kedua, OONbot kependekan dari Object Oriented Humanoid Robot.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat