kievskiy.org

Guru yang Menulis dapat Berkontribusi pada Peningkatan Kualitas Pendidikan

NARASUMBER pelatihan menulis (dari kiri ke kanan), Erwin Kustiman, Karim Suryadi, Ridwan Effendi, dan Rukadi menyimak pertanyaan peserta pelatihan di SMAN 1 Garawangi Kabupaten Kuningan.*
NARASUMBER pelatihan menulis (dari kiri ke kanan), Erwin Kustiman, Karim Suryadi, Ridwan Effendi, dan Rukadi menyimak pertanyaan peserta pelatihan di SMAN 1 Garawangi Kabupaten Kuningan.*

KUNINGAN, (PR).- Kemauan dan kemampuan guru untuk mengungkapkan realitas dan problematika dunia pendidikan yang dijalani sehari-hari menjadi kontribusi penting peningkatan kualitas pendidikan.

Seorang guru yang menulis masalah faktual yang dihadapi menjadikan tulisannya memiliki orisinalitas permasalahan sekaligus solusi yang ditawarkan.

Hal itu menjadi benang merah yang mengemuka pada Pelatihan Menulis Artikel Populer di Media Massa bagi Guru SMA di Kabupaten Kuningan di Aula SMA Negeri 1 Nagarawangi Kabupaten Kuningan, Jumat 9 November 2018.

Kegiatan itu merupakan bagian dari Pengabdian pada Masyarakat Departemen Ilmu Komunikasi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan Pikiran Rakyat.

Hadir pada kesempatan tersebut narasumber Karim Suryadi (guru besar UPI), Erwin Kustiman (Wapemred Pikiran Rakyat), Ridwan Effendi (Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FPIPS UPI), dan Rukadi (Kepala SMAN 1 Garawangi Kuningan).

Menurut Karim Suryadi, keterampilan menulis di media massa harus dimulai dari apa yang paling ingin “dimuntahkan”. Unek-unek atas permasalahan nyata yang dihadapi akan menuntun seseorang untuk bisa lebih mudah merangkai kata demi kata.

“Jangan seperti orang yang mau menulis surat cinta, setiap kata dipikirkan benar hingga bahkan untuk merangkai satu kalimat pun tidak pernah jadi. Mulailah dengan hal-hal yang kita alami atau pengalaman empirik,” ujar Karim Suryadi.

Ia menyarankan penulis pemula untuk segera menuangkan apa yang dipikirkan. Setelah satu-dua paragraf terbentuk, tinggal ditentukan mana prolog dan seperti apa judul tulisan.

“Setelah kalimat demi kalimat terbentuk, tinggal dirangkai agar jalinan ide antarkalimat terbentuk. Membaca berulang tulisan yang sudah terbentuk menuntun penulis untuk melakukan revisi agar tulisan semakin gurih dibaca. Yang terpenting sudut pandangnya jelas,” ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat