kievskiy.org

Diaspora Ilmuwan Indonesia Masih Sedikit

KONGRES Diaspora Indonesia ke-4 yang digelar di Jakarta, Sabtu, 1 Juli 2017. Diskusi tersebut membahas tentang perekonomian Indonesia, berbagai tantangan dan kesempatan.*/DOK PR
KONGRES Diaspora Indonesia ke-4 yang digelar di Jakarta, Sabtu, 1 Juli 2017. Diskusi tersebut membahas tentang perekonomian Indonesia, berbagai tantangan dan kesempatan.*/DOK PR

BANDUNG, (PR).- Diaspora memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Sayangnya, jumlah diaspora yang mengambil jalur sebagai ilmuwan masih sedikit.

Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, Deden Rukmana, mengatakan, setidaknya terdapat sekitar 500 ilmuwan Indonesia yang sedang berkiprah di luar negeri. Ilmuwan ini termasuk mereka yang bergelar PhD dan memiliki posisi di perguruan tinggi luar negeri. Ilmuwan itu pun, termasuk mereka sebagai peneliti, profesor, asisten profesor, dan sebagainya.

"Kalau PhD tapi bekerja di bank atau perusahaan asuransi, tidak termasuk (yang didata)," katanya ditemui di Universitas Muhammadiyah Bandung, Rabu, 21 Agustus 2019.

Ia mengatakan, selain secara kuantitas yang belum banyak, kualitasnya pun belum memadai seluruhnya. Setidaknya, saat ini, belum ada orang Indonesia yang memimpin universitas di luar negeri. 

Menurutnya, diaspora ilmuwan Indonesia harus bersinergi. Tujuannya agar diaspora baru bisa mendapat pengalaman dari yang sudah lebih lama mengembangkan karier di luar negeri.

"Ada mentorship, membagi pengalaman bagaimana sih bisa jadi distinguished professor. Dengan PPI (Perkumpulan Pelajar Indonesia) juga bersinegi," katanya.

Tidak hanya itu, ia menambahkan, para ilmuwan diharapkan bisa mendorong kemajuan sumber daya manusia pada pendidikan tinggi yang ada di Indonesia. Mereka diharapkan bisa membantu para peneliti Indonesia agar bisa memulai kiprahnya di tataran global.

"Makanya Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional ini saya ingin jadi kendaraan ke sana, kita saling bersinergi," ujarnya.

Deden menyatakan, agar mendapat pengakuan internasional, peneliti Indonesia harus berani masuk ke inti bidang ilmu tersebut. "Harus masuk ke core, jangan hanya di pinggiran. Cari kontak ahli yang main di situ," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat