kievskiy.org

Dua Bobotoh Persib Bandung Itu Punya Nama: Asep Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup

Suporter Persib Bandung menyalakan flare usai pertandingan Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung pada Group C Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 17 Juni 2022
Suporter Persib Bandung menyalakan flare usai pertandingan Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung pada Group C Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 17 Juni 2022 /Antara/M Agung Rajasa

PIKIRAN RAKYAT Tidak ada bukti faktual bahwa dunia bertujuan, dan kita tinggal di dalamnya tanpa pernah meneken kontrak tanda setuju. Namun, kita bisa menikmatinya sebagaimana adanya. Kita dapat bersandar pada banyak alasan dan berkata, tanpa berteriak, bahwa hidup ini layak dijalani: musik, sepak bola, humor, belas kasih, cinta....

Paragraf itu terdapat dalam salah satu esai paling menggugah karya Dea Anugrah, pesyair sekaligus jurnalis yang baru saja menerbitkan novel pertamanya. Paragraf itu muncul di benak saya ketika pertama kali mendengar kabar dua bobotoh tewas di Stadion GBLA.

Asep Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup adalah dua di antara sekian banyak orang yang menemukan kebahagiaan melalui sepak bola, melalui Persib Bandung. Sebagai bobotoh, Persib mungkin salah satu alasan mereka terus menjalani hidup di dunia yang buruk dan teruk. Namun, nyawa mereka justru melayang saat hendak merayakan kehidupan.

Jumat, 17 Juni 2022, Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup meregang nyawa ketika hendak menyaksikan laga Persebaya Surabaya vs Persib Bandung di Stadion GBLA. Menurut keterangan polisi, keduanya tewas setelah berdesak-desakan dengan ribuan bobotoh yang hendak masuk ke tribune Stadion GBLA. Ahmad Solihin bahkan dilaporkan sempat terinjak-injak dan tertimpa pagar GBLA yang roboh.

Baca Juga: Bobotoh Tewas di GBLA, Viking Frontline Tak Akan Hadiri Laga Bhayangkara FC vs Persib Bandung

Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali melaporkan, Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup adalah suporter ke-77 dan 78 yang tewas di stadion sejak Liga Indonesia digelar pada tahun 1994. “Ini tidak boleh dianggap remeh atau disebut sebagai kecelakaan sepak bola biasa. Ini harus ditangani serius oleh pihak-pihak terkait agar tidak berulang ke depannya,” kata Akmal Marhali di akun Instagram pribadinya pada 18 Juni 2022.

Tidak boleh dianggap remeh dan dianggap kecelakaan biasa. Kalimat itu perlu digarisbawahi karena bobotoh, dan suporter tim manapun, bukan sekumpulan orang tanpa wajah. Mereka adalah tulang punggung bagi keluarganya, harapan bagi orangtuanya, kebanggaan bagi anak-anaknya, kekasih bagi pasangannya.

Tragedi Hillsborough yang menewaskan 97 suporter yang menghadiri semifinal Piala FA antara Liverpool vs Nottingham Forest pada 1989, diperingati selama 26 tahun lewat seremoni sebelum pertandingan. Hal itu menunjukkan betapa nyawa yang melayang akibat tragedi itu begitu berharga.

Baca Juga: Persib Terancam Bertanding Tanpa Penonton, PT LIB: Kami Ikut Rekomendasi Kepolisian

Tragedi Hillsborough juga merevolusi sepak bola Inggris. Sejak tragedi itu, stadion-stadion di Inggris tidak lagi memiliki tribune penonton berdiri. Setiap suporter harus duduk di kursi sesuai nomor yang tertera pada tiket mereka. Pengamanan di stadion juga kian ketat guna memastikan keamanan dan keselamatan suporter.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat