kievskiy.org

Buntut Insiden Singapore Airlines, Teknologi AI untuk Atasi Turbulensi akan Dikembangkan

Ilustrasi pesawat.
Ilustrasi pesawat. /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Teknologi artificial intelligence (AI) untuk mengatasi ancaman turbulensi penerbangan sedang dalam perbincangan di antara maskapai-maskapai dunia. Hal ini terjadi menyusul adanya insiden Singapore Airlines yang menyebabkan satu orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka.

Teknologi AI sebenarnya telah digunakan untuk memprediksi lokasi pasti dari kantong udara berbahaya yang berpotensi mematikan dan menyerang pesawat, serta meningkatkan keselamatan penerbangan.

Langkah keselamatan

Penggunaan teknologi AI sedianya adalah salah satu dari langkah keselamatan radikal oleh maskapai-maskapai penerbangan di seluruh dunia untuk memerangi insiden turbulensi secara global.

Rencana penting yang hendak dicapai oleh teknologi AI itu agar para penumpang tetap mengenakan sabuk pengaman selama penerbangan, dan maskapai penerbangan pun dapat melengkapi diri dengan teknologi peringatan terkait kondisi berbahaya di jalur penerbangan.

Salah satu maskapai penerbangan, bahkan sedang mempertimbangkan untuk mengembangkan sistem 'pengurangan turbulensi' yang bertujuan mencegah pesawat terbentur dan terguncang oleh cuaca berangin.

Perlengkapan teknologi AI untuk mengatasi turbulensi penerbangan ini merupakan gagasan dari perusahaan Austria, Turbulence Solutions, yang mana sudah digunakan oleh pesawat dua tempat duduk di Eropa.

Pemasangan sayap kecil

Detailnya, teknologi AI ini melibatkan pemasangan sayap kecil yang bereaksi cepat pada sayap untuk menghasilkan gaya angkat vertikal ketika aliran udara memaksa pesawat ke bawah, lalu dapat bereaksi cepat terhadap turbulensi untuk menciptakan perjalanan yang lebih lancar bagi penumpang.

"Kami menghasilkan turbulensi balasan untuk melawan gerakan tersebut, dan hal itu hilang begitu saja seperti burung yang terbang dengan kepala sangat mantap dan malah menggunakan sayapnya untuk melawan aliran angin," kata Andras Galffy sebagai Pendiri Turbulence Solutions, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Daily Mail pada Selasa, 11 Juni 2024.

Sementara itu, perlombaan keselamatan udara, bahkan dengan penggunaan teknologi AI, terjadi setelah seorang penumpang Singapore Airlines meninggal saat pesawat yang ditumpanginya terkena turbulensi parah bulan lalu.

Para penumpang yang melakukan perjalanan dari Heathrow ke Singapura dilempar dengan keras ke dalam kabin setelah Boeing 777-300ER anjlok drastis 6.000 kaki dalam hitungan menit.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat