kievskiy.org

Pertama di Indonesia, Flyover Antapani Gunakan Teknologi CMP

KENDARAAN melintas di atas jalan layang Antapani, Kota Bandung, Selasa, 17 Januari 2017 malam. Rencananya jembatan layang tersebut akan diresmikan oleh Wapres Jusuf Kalla, Kamis, 19 Januari 2017.*
KENDARAAN melintas di atas jalan layang Antapani, Kota Bandung, Selasa, 17 Januari 2017 malam. Rencananya jembatan layang tersebut akan diresmikan oleh Wapres Jusuf Kalla, Kamis, 19 Januari 2017.*

WAKIL Presiden Jusuf Kalla, didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono akan meresmikan jalan layang Antapani yang terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kiaracondong dan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat pada Selasa, 24 Januari 2017. 

Pembangunan jalan layang itu dimulai pada 10 Juni 2016 yang ditandai groundbreaking oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Setelah enam bulan pengerjaan, jalan layang tersebut rampung dan telah melalui tes uji coba lalu lintas pada 28 Desember 2016 dan serangkaian tes lainnya. 

Pembangunan jalan layang Antapani bertujuan untuk mengatasi kemacetan yang setiap hari terjadi di persimpangan Jalan Terusan Jakarta dan Jalan Ibrahim Adjie. Terlebih, kemacetan pada jam sibuk pagi dan sore hari serta akhir pekan.

Jalan layang Antapani merupakan proyek percontohan teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia. Baja struktur yang digunakan di jalan layang Antapani berbentuk corrugated atau armco dengan tiga jumlah bentang. Panjang untuk bentang tengah adalah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah 9 meter.  

CMP adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR. Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.

Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50% jika dibandingkan untuk konstruksi beton umumnya memakan waktu 12 bulan, sementara CMP hanya memerlukan 6 bulan. Kelebihan lainnya adalah bentangan konstruksi jembatan yang panjang di mana lengkungan jembatan dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodasi hingga 8 lajur kendaraan di bawah jembatan.

Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi. CMP memiliki nilai estetis sehingga dapat menjadi suatu landscape dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan. Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP jauh lebih rendah daripada konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.

Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah atau subbase yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.

Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pembangunan jalan layang itu juga lebih efisien secara pembiayaan. Biasanya, untuk membuat satu jembatan dengan beton bertulang membutuhkan biaya sekitar Rp 120 miliar. Akan tetapi, untuk pembuatan overpass dengan struktur baja bergelombang dan timbunan ringan mortar busa, hanya membutuhkan anggaran Rp 35 miliar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat