kievskiy.org

Kenali Karakter Remaja Generasi Z

MIRYAM A. Sigarlaki saat menjadi pembicara di seminar
MIRYAM A. Sigarlaki saat menjadi pembicara di seminar

CIMAHI, (PR).- Perilaku generasi remaja Indonesia saat ini sangat jauh berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka jadi generasi 'menunduk' karena terpaku pada alat komunikasi gawai canggih, memiliki hubungan lekat di dunia maya namun kebalikan di dunia nyata.

Disampaikan dr. Miryam A. Sigarlaki, M.Psi., orangtua termasuk guru di sekolah harus mengenali karakteristik anak remaja zaman sekarang atau disebut generasi 'Z'. 

"Orangtua dan guru harus tahu dulu karakter remaja atau anak-anak zaman sekarang, yang sebutannya itu digital native. Apa yang mereka butuhkan, seperti apa berkomunikasi dengan mereka," paparnya, dalam seminar "Problematika Remaja di Era Digital" yang digelar Fakuktas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) di Gedung Hindarto Joesman Jalan Terusan Sudirman Kota Cimahi, Minggu, 2 April 2017.

Generasi Z lahir medio tahun 2000-an setelah tersedianya gawai (gadget) dan segala fasilitas, juga memiliki sebutan tersendiri, yaitu digital native. Hal itu merujuk pada kecenderungan anak-anak tersebut untuk selalu bersentuhan dengan gawai mereka setiap waktu.

"Generasi 'Z' ini sangat kuat relasinya di dunia maya, sedangkan di dunia nyata kurang," bebernya.

Generasi remaja saat ini lebih bersifat skeptis dan sinis, menjunjung tinggi privasi, memiliki kemampuan multi-tasking yang hebat, ketergantungan terhadap teknologi, pola pikir yang sangat luas dan penuh kewaspadaan.

Menurutnya dengan adanya gawai seharusnya anak-anak lebih cerdas dibanding generasi sebelumnya karena informasi tersedia oleh perangkat tersebut. Namun, banyak anak justru mengalami adiksi (kecanduan) yang menyebabkan seorang anak tidak bisa lepas dari gawai. "Dampaknya, kurang sosialisasi, tidak fokus, dan kompetensi sosialnya sangat kurang," imbuhnya.

Cara untuk mengurangi dampak adiksi pada anak yaitu harus melalui terapi psikologi. Jika ditambah dengan gangguan fisik, maka anak tersebut harus terlebih dahulu dibawa ke dokter medis  kemudian mendapat terapi.

"Salah satu bentuk gangguan yang harus diterapi yaitu ketika anak ketergantungan dengan gadget dan menjadi penikmat konten porno, dan adiksi akibat pornografi tersebut sama seperti adiksi narkotika," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat