kievskiy.org

Kisah SMK di Bandung Barat yang Cuma Beroleh 7 Siswa Baru

ENAM siswa dari total tujuh siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMK Bhakti Nusantara Nasional di Kampung Cibadak, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa 12 September 2017. Jumlah siswa di sekolah tersebut berkurang akibat kurangnya peminat, padahal sekolah tersebut sering mendapatkan penghargaan baik tingkat regional maupun nasional.
ENAM siswa dari total tujuh siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMK Bhakti Nusantara Nasional di Kampung Cibadak, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa 12 September 2017. Jumlah siswa di sekolah tersebut berkurang akibat kurangnya peminat, padahal sekolah tersebut sering mendapatkan penghargaan baik tingkat regional maupun nasional.

DI belakang ruang kelas, bangku dan meja tampak disusun bertumpuk. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan oleh anak-anak. Murid kelas X di SMK Bhakti Nusantara Nasional memang tak banyak, cuma tujuh orang dalam satu angkatan. Empat laki-laki dan tiga perempuan.

Sekolah yang bertempat di Kampung Cibadak, RT 4 RW 1, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat itu kesulitan mendapatkan peserta didik baru. Kondisi ini terjadi setelah SMK Negeri 1 Cisarua hadir di desa yang sama. Yayasan Pendidikan Bhakti Nusantara Nasional bahkan berencana menggratiskan biaya sekolah untuk menarik lebih banyak siswa.

"Kami akan terus mencari, biar tujuh anak ini bisa bertambah. Di pelosok Cisarua itu kan banyak anak putus sekolah, kami akan bujuk mereka biar mau sekolah. Kalau perlu, anaknya kami jemput. Enggak apa-apa tahun ini kami berkorban, jadi biaya sekolah itu digratiskan dulu," kata Kepala SMK BNN Euis S Kusmiati di ruang kerjanya, Selasa 12 September 2017.

Dia menuturkan, SMK BNN didirikan sejak lima tahun lalu. Walaupun setiap angkatan muridnya tak banyak, secara historis jumlahnya selalu puluhan anak. Dengan 16 tenaga pengajar, SMK yang menerapkan full day school itu membuka jurusan teknik sepeda motor, administrasi perkantoran, dan farmasi.

Sarana dan prasarana sekolah, kata dia, juga sudah cukup memadai. Begitu pula prestasi sekolah dan kualitas lulusannya. Pada 2015, SMK BNN bahkan meraih piagam penghargaan sebagai sekolah dengan indeks integritas penyelenggaraan Ujian Nasional yang tinggi dari Menteri Pendidikan RI saat itu, Anies Baswedan.

"Makanya, kami berharap sekolah ini bisa tetap berkembang. Ketika dirintis dulu, kami ingin anak-anak di Cisarua memiliki kualitas untuk bekerja. Dulu itu kan anak-anak yang mau sekolah ke SMK harus ke Cimahi, karena di sini belum ada. Di Cisarua, SMK BNN ini yang pertama," katanya.

Kadang kesepian

Seorang pelajar kelas X, Silvia Puji Rahayu (16) menuturkan, dirinya memilih bersekolah di SMK BNN karena dari tiga SMK lain yang ada di Cisarua tak menyediakan jurusan farmasi. "Dari awal saya memang ingin masuk farmasi, karena ingin jadi apoteker. Di Cisarua enggak ada lagi, jadi memang sudah niat masuk ke sini," katanya.

Pelajar lainnya, Ratnia Widaningsih (15) menyatakan cukup nyaman belajar dengan teman yang sedikit, meski terkadang dia merasa jenuh. Lulusan SMP Negeri 6 Sumedang itu awalnya memilih jurusan administrasi perkantoran, tetapi akhirnya masuk jurusan farmasi karena tak punya teman sejurusan.

"Kadang-kadang sih bosan, karena teman sekelas cuma sedikit. Namun, saya justru lebih mudah mengerti pelajaran yang diberikan. Gurunya itu kan lebih mudah memperhatikan kami, karena anak-anaknya cuma sedikit," kata warga Parongpong tersebut.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat