kievskiy.org

Ini Hasil Pengamatan Hilal di Bosscha

NGAMPRAH, (PR).- Para peneliti Observatorium Bosscha maupun perwakilan dari Kementerian Agama tidak menemukan hilal atau bulan sabit muda penanda awal Ramadan, Selasa 15 Mei 2018. Selain pengamatan terganggu oleh cuaca, kemarin hilal dipastikan tiada karena konjungsi baru terjadi setelah matahari terbenam. Dengan demikian, 1 Ramadan 1439 Hijriah dipastikan jatuh pada Kamis, 17 Mei 2018.

Peneliti Observatorium Bosscha Agus Triono mengatakan, yang dimaksud dengan hilal ialah bulan sabit termuda yang bisa diamati setelah matahati terbenam dan setelah konjungsi. "Nah, untuk kasus hari ini konjungsi baru terjadi pukul 18.48 WIB. Itu setelah matahari terbenam (17.40), sehingga apapun yang terlihat setelah matahari terbenam bukan hilal," kata Agus di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Secara pribadi, dia mengaku sempat memotret bulan sabit tua pada pagi hari, sekitar jam 08.30. Namun, kata dia, itu tidak dapat dikatakan sebagai hilal karena masih belum terjadi konjungsi. Konjungsi ialah kondisi di mana bujur ekliptika matahari sama dengan bujur ekliptika bulan. Periode konjungsi itu menandai pergantian bulan, yang didasarkan pada rotasi bulan terhadap bumi.

"Karena kami menggunakan detektor optik, jadi dengan kondisi berawan seperti ini bisa dipastikan (hilal) tidak akan terlihat. Kecuali ada keajaiban, langitnya terbuka dari awan. Namun, itu pun tetap sulit (melihat hilal), karena bulan sedang menuju ke fase konjungsi. Artinya, posisinya akan dekat sekali dengan matahari. Yang kedua, proses tersinarnya bulan itu sangat tipis, karena dia menuju ke fase konjungsi, sehingga dengan mata telanjang maupun dengan detektor yang kami punya, (hilal) itu enggak akan kelihatan," ujar Agus.

Lantaran kemarin tidak terlihat hilal, maka awal Ramadan dipastikan jatuh pada Kamis, 17 Mei 2018. Agus menjelaskan, penentuan 1 Ramadan selalu dilakukan melalui pengamatan hilal setiap penanggalan 29 Sya'ban pada kalender Hijriah. Dalam kalender Masehi, 29 Sya'ban 1439 bertepatan dengan 15 Mei 2018. Berbeda dengan kalender Masehi yang punya penanggalan sampai 31, kalender Hijriah penanggalannya cuma sampai 30, itu pun kalau hari terakhir di setiap bulan digenapkan. 

"Nah, apakah besoknya 1 Ramadan atau tidak, tergantung dari pengamatan (setiap 29 Sya'ban) itu, apakah definisi hilalnya sudah terpenuhi? Tadi, definisinya (hilal) ialah setelah matahari terbenam dan setelah konjungsi. Terpenuhi, enggak? Kalau sudah terpenuhi, kelihatan atau enggak? Kalau (hilal) kelihatan, berarti besok sudah masuk (1 Ramadan). Kalau enggak kelihatan, berarti besok digenapkan (jadi 30 Sya'ban). Karena enggak ada 31 Sya'ban, maka besoknya lagi bisa dipastikan 1 Ramadan," kata Agus.

Dua dasar

Di tempat yang sama, Ketua Badan Hisab dan Rukyat Kota Bandung Maftuh Kholil menerangkan, di dalam syariat Islam terdapat dua dasar dalam menetapkan awal Ramadan. Selain berdasarkan rukyatul hilal atau melihat hilal, penentuannya bisa didasarkan pada istikmal. "Istikmal itu menggenapkan bulan Sya'ban menjadi 30 hari, karena hilal pada tanggal 29, seperti sekarang ini, tidak teramati dan tidak terlihat," ujarnya.

Seperti halnya para peneliti Bosscha, dia memastikan bawah awal Ramadan jatuh pada 17 Mei 2018. Pasalnya, kemarin ijtima atau konjungsi matahari dan bulan terjadi pada pukul 18.48 atau setelah matahari terbenam. Sementara hilal akan muncul setelah matahari terbenam, yang diawali oleh ijtima. Karena ijtimanya sesudah terbenam matahari, kata dia, secara keilmuan saja sudah bisa dipastikan bahwa hilal tidak bisa dilihat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat