kievskiy.org

Kurangi Sampah Plastik Sejak dari Hulu!

PETUGAS kebersihan membersihkan sampah yang tercecer di sekitar Jalan Amir Machmud, Kota Cimahi, Senin 2 Juli 2018. Setiap harinya setiap petugas kebersihan harus membersihkan sampah yang tercecer di jalanan Kota Cimahi hingga puluhan kilogram akibat perilaku masyarakat yang belum sadar akan kebersihan.*
PETUGAS kebersihan membersihkan sampah yang tercecer di sekitar Jalan Amir Machmud, Kota Cimahi, Senin 2 Juli 2018. Setiap harinya setiap petugas kebersihan harus membersihkan sampah yang tercecer di jalanan Kota Cimahi hingga puluhan kilogram akibat perilaku masyarakat yang belum sadar akan kebersihan.*

CIMAHI, (PR).- Masyarakat Kota Cimahi diajak untuk membangun peradaban yang lebih baik tanpa dirongrong masalah sampah. Apalagi sampah plastik tidak mudah terurai sebagai salah satu beban pencemaran lingkungan, sehingga sampah perlu dikurangi sejak dari hulu.

Direktur Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 Kantor Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar mengatakan hal itu, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2018 tingkat kota Cimahi di Aula Gedung A Kompleks Pemkot Cimahi Jalan Raden Demang Hardjakusumah Kota Cimahi, Kamis 9 Agustus 2018.

"Daerah dengan nilai tertinggi pada Piala Adipura dalam pengelolaan sampahnya bisa 100% tetapi tidak punya Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Artinya, sampah itu bisa diselesaikan sejak dari hulu. Karena peradaban manusianya terbangun dalam pengelolaan sampah," ujarnya.

Menurut dia, sebenarnya bisa saja daerah melakukan pengelolaan sampah dalam bentuk 100% diangkut ke TPA. "Paling anggaran Pak Wali besar, tapi masyarakat tidak ada peradaban, tidak ada perubahan perilaku dan tetap buang sampah sembarangan," katanya.

Diakui Novri, di Indonesia saat ini pengelolaan sampah di TPA mayoritas masih menggunakan sistem angkut buang (open dumping). "Pengelolaan TPA selain open dumping belum sampai 50 persen. Jadi pembinaan pengelolaan sampah harus dilakukan dari hulu mulai dengan pengurangan sampah dari sumbernya," tuturnya.

Terutama masalah sampah plastik sekali pakai yang menjadi permasalahan pelik. Data KLHK, sedotan plastik setiap hari digunakan mencapai 93 juta batang di Indonesia.

"Satu orang berpikiran sederhana hanya pakai 1 sedotan sehari, ternyata semua berpikiran sama. Kalau seminggu disambungkan bisa jadi 3 lingkaran bumi. Ditambah sampai stereoform, botol minuman dan kemasan sachet, hingga popok sekali pakai. Untuk saat ini kalau tidak bisa mengurangi, harus membatasi penggunaan alat-alat berbahan plastik," ungkapnya.

Pengurangan sampah merupakan implementasi Peraturan Presiden (Perpres) No. 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pengurangan sampah diperlukan untuk meminimalisir jumlah sampah yang harus dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Ia menjelaskan, pengurangan sampah bergantung pada kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Dengan kesadaran yang dibangun sejak hulu, proses pemanfaatan sampah bisa ditingkatkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat