kievskiy.org

Inovasi Plastik Belum Tentu Ramah Lingkungan

KASIR memberikan barang milik pembeli di salah satu toko ritel di Jakarta, Jumat, 27 April 2019.*/ANTARA
KASIR memberikan barang milik pembeli di salah satu toko ritel di Jakarta, Jumat, 27 April 2019.*/ANTARA

BANDUNG, (PR).- Publik diminta cermat dalam menerima tawaran sejumlah inovasi kemasan plastik yang diyakini bisa menyelamatkan lingkungan. Bagi masyarakat yang memang berniat menggunakan kemasan ramah lingkungan bisa memilih bahan pengganti kemasan plastik yang saat ini masih mudah ditemui di banyak tempat.

Koordinator Tim Zero Waste Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi, Anilawati Nurwakhidin mengatakan, publik perlu mewaspadai tawaran-tawaran instan seperti plastik yang diklaim berbahan ramah lingkungan. Perlu dicermati bahwa kemasan plastik itu sebenarnya tetap keresek, namun diberikan bahan aditif sehingga berkeping-keping lebih cepat.

“Teliti dengan segala tawaran solusi yang bombastis. Jadilah konsumen yang kritis. Selalu bertanya secara detil ke produsen atau distributornya, dan jangan percaya begitu saja dengan label ‘green’, ‘eco, dan sejenisnya. Mari jadi konsumen yang kritis,” tuturnya, saat dihubungi, di Bandung, Selasa, 30 Juli 2019.

Perempuan yang biasa dipanggil Anil itu menuturkan, peristiwa Iduladha tidak lepas dari munculnya masalah pengemasan daging kurban dengan sampah yaitu plastik. Plastik keresek dan plastik bening selalu menjadi medium favorit publik untuk mendistribusikan daging kurban ke seluruh warga karena dianggap praktis dan murah.

Saat akan menggunakan kemasan, kata dia, selain kepraktisannya masyarakat juga perlu mempertimbangkan faktor lingkungan. Sedikit lebih repot daripada biasanya karena ada tambahan biaya dibanding biasanya. Namun, biaya yang diperlukan merupakan upaya untuk berubah ke arah yang lebih baik.

“Kemasan plastik sekali pakai, biar bagaimanapun adalah benda yang boros, perlu kita kurangi penggunaannya dalam berbagai aspek kehidupan. (Inovasi plastik) harus dipastikan beneran balik lagi ke alam, jadi tanah yang bisa dipakai menanam lagi. Pada prinsipnya kita perlu gunakan bahan yang dapat dikomposkan,” ujarnya.

Anil meyakini proses perubahan itu tentu tidak mudah. Tapi jika yakin untuk kebaikan, untuk mengurangi jumlah sampah keresek kita ke alam tidak ada salahnya untuk dicoba. “Bahan-bahannya masih ada di sekitar kita. Ada di pasar dan bahkan ada yang dijual online juga saat ini,” katanya.

Tradisional

Mengubah kebiasaan yang paling baik adalah kembali ke cara tradisional. Sejak lama daerah di Indonesia, khususnya Jawa Barat telah mengenal pengemasan ramah lingkungan berbahan alami seperti besek atau daun-daunan.

Saat ini, cara itu masih digunakan Bantul dengan Kreneng dan daun Jati, Besek dan daun pisang di Pesantren Ekologi Ath-Thaariq Garut, atau penggunaan daun waru dan daun tisuk, di beberapa tempat lainnya. Pemerintah perlu sosialisasi kepada warga dan menginfokan bahwa pengemasan daging kurban kini tidak perlu memakai plastik atau kresek.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat