kievskiy.org

Jelang Pilkades Serentak, Posek Ibun Buat Film Pendek tentang Hindari Politik Uang

null
null

MENGENAKAN peci dalam posisi miring, kaus singlet dan kain sarung dan sambil menggendong ayam kesayangannya, Eyang Arwah keluar dari rumah menuju warung kecil di halaman. Bukan untuk bekerja, namun ia justru meminta bantal kepada sang istri untuk kembali melanjutkan tidur di kursi kayu di depan warung.

Dalam tidurnya itu, Eyang Arwah bermimpi dirinya menjadi sosok yang tampan, gagah dan memiliki banyak uang. Semua itu, ia jadikan modal untuk mencalonkan diri menjadi seorang kepala desa.

Berkat uang yang ia hamburkan untuk meraih suara masyarakat, Eyang Arwah pun akhirnya terpilih menjadi kepala desa. Namun sayang, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat ia balas dengan korupsi dana desa.

Eyang Arwah pun kemudian diciduk oleh aparat Polsek Ibun untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun sebelum polisi menjebloskannya ke balik jeruji besi, Eyang Arwah keburu terbangun karena diciprati air oleh sang istri yang menyuruhnya untuk segera memberi makan ayam peliharaannya.

Cerita tersebut merupakan ringkasan dari sebuah film pendek dengan judul "Bermimpi Menjadi Kepala Desa", yang dibuat oleh jajaran Polsek Ibun yang masuk dalam wilayah Polres Bandung bersama Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Ibun . Tak tanggung-tanggung, film itu disutradarai langsung oleh sang Kapolsek Inspektur Satu Carsono.

Dia mengaku, ide pembuatan film pendek berdurasi 10 menit 13 detik itu berawal dari deklarasi damai para calon kepala desa se-Kecamatan Ibun beberapa waktu lalu. "Intinya kami ingin suasana menjelang Pilkades Serentak di Kecamatan Ibun tetap kondusif, aman dan damai," ujarnya saat dihubungi Senin, 7 Oktober 2019.

Menurut Carsono, film tersebut dibuat dengan genre komedi agar bisa menghibur siapapun yang menontonnya. Namun di balik itu, ada sejumlah pesan moral terutama terkait budaya politik uang dan korupsi.

Politik uang, kata Carsono, bukan tidak mungkin terjadi di dunia nyata dalam berbagai ajang pemilihan. "Di Ibun sendiri politik uang jelang pilkades itu bagaikan kentut, ada suaranya tetapi tidak ada bentuknya," ujar Carsono.

Meskipun demikian, ia meyakini masyarakat sudah sangat pintar. Sekalipun mereka menerima rezeki yang datang tiba-tiba dari para calon, masyarakat tetap akan memilih sesuai dengan hati nurani.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat