kievskiy.org

Ridwan Kamil Persilakan DPRD Jabar Ajukan Hak Interpelasi

GUBERNUR Jawa Barat, Ridwan Kamil, di kantor DPRD Jabar, Kamis 3 Oktober 2019.*/DOK. HUMAS PEMPROV JABAR
GUBERNUR Jawa Barat, Ridwan Kamil, di kantor DPRD Jabar, Kamis 3 Oktober 2019.*/DOK. HUMAS PEMPROV JABAR

BANDUNG, (PR),- Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mempersilakan DPRD Jawa Barat menggunakan hak interpelasi mereka terhadap gubernur. Hal itu terkait dengan evaluasi kepemimpinan Ridwan, termasuk di antaranya mengenai pembangunan yang dilakukan Pemprov Jabar di daerah hingga soal tim akselerasi pembangunan (TAP) maupun tim akselerasi Jabar Juara (TAJJ). 

"Saya kan tidak bisa menghalangi, jadi itu mah hak. Kan pertanyaannya gini, jadi ada yang mau bertanya, ya pasti saya jawab," kata Ridwan kepada wartawan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin, 21 Oktober 2019.

Ia mengatakan, pertanyaan bisa diajukan dengan berbagai cara. Pertanyaan bisa diajukan sambil makan siang, rapat informal, dan interpelasi. 

"Jadi kuncinya, ingin bertanya yang ada jawaban, ya, saya menyediakan ruang-ruang informal untuk menjawab. Kalau interpelasi kan ruang bertanya yang dibuat formal. Sekarang, hanya sekadar bertanya dan butuh jawaban, saya bisa berikan jawaban, dan itu sudah saya lakukan dua bulan terakhir," ujar dia. 

Kualitas komunikasi Ridwan Kamil pun dinilai DPRD masih kurang

Ridwan juga mengomentari terkait dengan penilaian legislator maupun partai politik di Jabar perihal komunikasi yang dibangun Ridwan masih kurang. Dikatakannya, pihaknya sudah membangun komunikasi tersebut. 

"Saya kira, saya banyak pertemuan-pertemuan dengan pimpinan partai, dengan anggota dewan, yang sifatnya informal. Dengan begitu, saya kira tidak sepenuhnya benar. Tapi yang namanya kritikan, jadi masukan untuk saya perbaiki,"ucapnya lagi. 

Ditambahkannya, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan pimpinan partai di daerah. Misalnya, dengan Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera Jabar, Ahmad Syaikhu, Ketua DPD Gerindra Jabar, Taufik Hidayat, dan Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa, Syaiful Huda.

"Semua ketua (partai) selama dua bulan terakhir (sudah) melakukan pertemuan, mungkin ekspetasi intensitasnya yang berbeda. Saya merasa cukup lima kali, mungkin ekspetasinya harus sepuluh kali. Jadi, masalah volumenya saja. Kalau disebut buruk (komunikasinya) kan seolah-olah sama sekali tidak melakukan," ujar dia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat