kievskiy.org

Pengaruh Campur Tangan Manusia Memperparah Banjir di Cekungan Bandung

PRESIDEN Bandung Mitigasi Hub Aria Mariany memaparkan sambutannya, pada acara Ngobrol Santuy, di Auditorium Museum Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu, 1 Februari 2020. Acara diskusi yang di inisiasi Bandung Mitigasi Hub itu, mengangkat tema Banjir Mengintai Bandung.*
PRESIDEN Bandung Mitigasi Hub Aria Mariany memaparkan sambutannya, pada acara Ngobrol Santuy, di Auditorium Museum Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu, 1 Februari 2020. Acara diskusi yang di inisiasi Bandung Mitigasi Hub itu, mengangkat tema Banjir Mengintai Bandung.* /ADE BAYU INDRA/PR

PIKIRAN RAKYAT – Pengaruh campur tangan, atau aktivitas manusia memperparah banjir di cekungan Bandung.

Berbagai elemen perlu bersama-sama guna meminimalisasi faktor penyebab banjir yang timbul atas pengaruh aktivitas manusia di cekungan Bandung, terutama pemerintah.

Hal itu mengemuka dalam diskusi berjudul Bencana Oh Bencana, Ngobrol Santuy Part 1: Banjir Mengintai Bandung di Auditorium Museum Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu, 1 Februari 2020.

Baca Juga: 3 Obat Alami untuk Mengatasi Nyeri Sendi Lutut, Salah Satunya Cabe Rawit

Diskusi menghadirkan sejumlah pembicara, yakni peneliti dari Jurusan Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Dr Ir Heri Andreas ST MT, Dr Edi Riawan (dosen Meteorologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB), Igun Weishaguna ST MM (dosen Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Islam Bandung), Idham Effendi ST MSc (Kasubid Konservasi Air Tanah Badan Geologi), Dr Teriska Rahardjo MEd (Aliansi Bandung Cinta Damai), Lutfi Don Fatboz (perwakilan Musisi Bandung Pisan).

Diskusi itu terselenggara atas prakarsa Bandung Mitigasi Hub.

Heri Andreas menyebutkan, kejadian penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan salah satu faktor yang memperparah banjir di cekungan Bandung.

Baca Juga: Khawatir Lihat Anak Nikita Mirzani, Hotman Paris Cari Kakek Arkana: Nggak Mampu Kau Damaikan Demi Cucumu?

Tim peneliti Geodesi ITB termasuk dalam kalangan (peneliti) yang meyakini, penggunaa air tanah berlebihan penyebab dominan land subsidence.

"Berdasarkan amanat pasal 33 (3) Undang-undang Dasar 1945, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bola panas akan penggunaan air tanah yang berlebihan berada di pemerintah (negara)," ucap Heri.

Tanpa pengaruh dampak aktivitas manusia, ucap Heri, sejumlah titik di cekungan Bandung tetap bisa banjir.

Baca Juga: Kenali Floaters Mata, Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya

Land subsidence membuat kondisi banjir kian parah. Hal itu tampak pada beberapa titik, di antaranya, Sapan, Gedebage, Rancaekek, Baleendah.

Langkah meminimalisasi banjir belandasarkan teori, ucap Heri, memperbanyak daerah yang mampu menyerap air hujan secara maksimal, menyisakan sebagian kecil run off (limpasan).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat