kievskiy.org

Ibu Suratmi, Muliakan Limbah Perca Menjadi Barang Berharga

Suratmi awalnya hanya usaha menjahit sarung bantal dari kain perca dan di pasarkan sendiri. Modal pertama dari suami sebesar Rp.500.000,- dan 1 alat mesin jahit. Usahanya mulai berkembang ketika dapat pembiayaan dari PNM Mekaar dengan modal awal Rp 2.000.000,- pada tahun tahun 2017, sampe sekarang secara bertahap Suratmi sudah mendapat pinjaman dari mekaar sebesar Rp. 7.000.000.-. Kini usaha Suratmi semakin berkembang.
Suratmi awalnya hanya usaha menjahit sarung bantal dari kain perca dan di pasarkan sendiri. Modal pertama dari suami sebesar Rp.500.000,- dan 1 alat mesin jahit. Usahanya mulai berkembang ketika dapat pembiayaan dari PNM Mekaar dengan modal awal Rp 2.000.000,- pada tahun tahun 2017, sampe sekarang secara bertahap Suratmi sudah mendapat pinjaman dari mekaar sebesar Rp. 7.000.000.-. Kini usaha Suratmi semakin berkembang. /Dok. PNM

PIKIRAN RAKYAT - Limbah kain sisa hasil produksi industri konveksi seringkali masih dianggap sebagai sampah. Namun di tangan Suratmi, salah satu nasabah PNM Mekaar di Cilacap, limbah yang biasa disebut kain perca tersebut mampu disulap menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Sampah sisa jahitan pakaian yang tidak terpakai itu terbukti bisa menghasilkan uang dan menjadi sumber pendapatan keluarganya. 

Suratmi setiap harinya sibuk dengan alat jahit serta sisa limbah kain. Ia mendaur ulang kain perca menjadi sarung bantal.

Semua proses daur ulang tersebut ia lakukan seorang diri, mulai dari pemilihan bahan kain perca hingga membentuknya menjadi sarung bantal.

Di masa pandemi sekarang ini, usaha Suratmi menjadi salah satu yang sangat terdampak, penjualan produknya menurun hingga 90 persen.

Titik terang datang ketika ia menjadi bergabung dengan PNM Mekaar. Modal sebesar 2 juta rupiah yang ia dapatkan dari PNM ia belikan mesin jahit.

Baca Juga: Irvan 'Sekarat', Andin Buat Om Kesayangannya Kelu hingga 'Lumpuh'? Update Ikatan CInta 12 Januari 2022

Selain mendapatkan modal finansial, Suratmi pun mendapatkan modal intelektual seperti pelatihan.

Suratmi pun mencoba menjual produknya melalui e-commerce di Indonesia dengan bekal edukasi dari PNM, sehingga produk Suratmi pun terserap dan mulai bangkit kembali selama pandemi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat