PIKIRAN RAKYAT – Wawan, 44 tahun, warga Kampung Cigandu, Desa Margaluyu, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, mengangkat potongan papan kayu suren.
Ia lantas menyambungkannya dengan bagian tepi perahu setengah jadi tersebut.
Gerakannya seperti orang yang tengah menyusun puzzle atau kepingan gambar dalam sebuah permainan.
Pandangan lekat melihat kecocokan potongan kayu yang akan menyusun tubuh perahu itu.
Ia seakan ragu lalu menghunus golok untuk merapikan potongan kayu agar lebih presisi ketika melekat dengan tubuh perahu.
Baca Juga: Ratu Tisha Mundur, PSSI Tunjuk Yunus Nusi Sebagai Plt Sekjen
Demikianlah kehidupan Wawan, sebagai salah satu perajin perahu kayu yang masih bertahan di tepi Danau Cirata.
Perahu yang akrab dikenal warga dengan sebutan tongkang tersebut hingga kini masih diproduksi sejumlah warga yang bermukim di kampung-kampung tepi genangan air waduk pembangkit listrik tenaga air tersebut. Jalan-jalan yang sebagian telah teraspal menembus kampung-kampung terpencil di sekitar danau itu.
Seperti wilayah Desa Margaluyu yang bisa dilintasi dari arah Desa Nanggeleng menggunakan sepeda motor dengan menembus perbukitan yang rimbun oleh hutan serta medan jalan berkelok.
Baca Juga: Wabah Virus Corona Mulai Mereda, Klub Asal Tiongkok Akan Bangun Stadion Megah dengan Desai