kievskiy.org

Pola Asuh Bukan untuk Coba-Coba, Psikolog Ungkap Dampaknya

Ilustrasi parenting.
Ilustrasi parenting. /Pexels/Emma Bauso Pexels/Emma Bauso

PIKIRAN RAKYAT - Sejak masih di dalam kandungan, sepasang orangtua sudah harus bersiap dengan yang namanya pengasuhan anak. Pola asuh yang berlangsungnya bukan setahun-dua tahun itu harus dipersiapkan supaya tidak berupa trial and error alias coba-coba.

"Orangtua yang melakukan coba-coba, trial and error, ini kan hasil dari pola asuh yang juga coba-coba. Misalnya, orangtuanya dulu tidak tahu bahwa menerima perasaan anak atau memvalidasi perasaan anak itu penting. Maka sekarang pun, ia juga akan mengabaikan atau menolak perasaan anaknya," kata Dono Baswardono, psikolog yang juga merupakan trauma transgeneration therapist.

Ia mencontohkan, ketika seorang anak takut, anak malah diperintahkan untuk menyangkal perasaannya dan memaksanya untuk berani. Akibatnya, kebutuhan dasar anaknya untuk merasa dicintai menjadi tidak terpenuhi. Lebih lanjut, anak merasa perasaannya adalah hal yang tidak penting, padahal perasaan itu bagian dari dirinya. Maka, menolak perasaannya itu sama saja dengan menolak dirinya.

Buta atau ketidaktahuan emosional, dalam psikologi disebut sebagai "emotionally uneducated". Hal itu telah diwariskan dari satu ke generasi berikutnya sehingga disebut juga sebagai trauma transgenerasi.

Baca Juga: Perkembangan Teknologi Perbankan, Memudahkan Konsumen hingga Peluang Kejahatan

"Tentu saja, sebagai orang tua, kita dapat menjadi pemutus rantai trauma itu dengan mendidik diri sendiri, misalnya dengan belajar dan menguasai keterampilan emosional," tuturnya.

Dampak parenting coba-coba

Menurut Dono, salah satu kebutuhan dasar anak adalah rasa aman. Rasa aman bisa terpenuhi jika orang tua menerapkan gaya parenting yang konsisten. Jika orangtua malah bersikap mencoba-coba, misalnya sesekali dilarang tetapi di lain waktu malah dibolehkan, maka anak akan sulit mempercayai orangtuanya sebagai sumber rasa aman.

Ketidakkonsistenan orang tua akan mengakibatkan anak malah sering bertingkah tertentu. Polah tingkahnya dilakukan sebagai alat atau sarana untuk mengetahui yang mana di antara sikap orang tua itu yang lebih bisa dipercayainya.

"Jadi, ketika anak rewel misalnya, itu bukan bentuk mencari perhatian, tetapi akibat inkonsistensi orangtua," kata Dono menegaskan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat