PIKIRAN RAKYAT - Kota Bandung begitu melekat dengan ikon Gedung Sate. Bangunan yang berada di Jalan Diponegoro Nomor 22 itu kini difungsikan menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat.
Nama Gedung Sate diambil dari ornamen 6 tusuk sate pada bagian puncak atap gedung. 6 tusuk sate ini melambangkan 6 juta gulden yang digunakan untuk membangunnya.
Gedung Sate pun bukan sekadar bangunan megah yang berdiri di tengah pusat Kota Bandung, melainkan saksi dari berbagai kisah yang mengalir melintasi zaman.
Baca Juga: Sejarah Gedung Isola Bandung, Saksi Bisu yang Melintasi Zaman
Sejarah Gedung Sate
Dibangun pada 1920 dan rampung pada 1924, Gedung Sate merupakan hasil karya seorang aristek Belanda bernama J. Gerber. Pembangunannya pun melibatkan setidaknya 2.000 orang.
Mulanya, Gedung Sate dibangun atas rencana rezim Gubernur Jenderal J.P. van Limburg Stirum yang ingin memindahkan ibu kota Hindia-Belanda dari Batavia (Jakarta) ke Bandung.
Namun, rencana pemindahan ibu kota itu gagal lantaran terjadi resesi ekonomi pada 1930-an.
Saat zaman kolonialisme, Gedung Sate merupakan kantor Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan).
Setelah Indonesia merdeka, Abikoesno Tjokroseojoso yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum mulanya juga sempat berkantor di sana.