kievskiy.org

Budaya Kerja Milenial Berbeda, Indonesia Mesti Paham

ILUSTRASI suasana kerja. Pola kerja kaum milenial yang berbeda harus dipahami perusahaan-perusahaan di Indonesia.*
ILUSTRASI suasana kerja. Pola kerja kaum milenial yang berbeda harus dipahami perusahaan-perusahaan di Indonesia.* /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Gap antara gaya kerja generasi milenial dan budaya kerja perusahaan di Indonesia masih terbentang lebar. Indonesia tinggal memiliki waktu dua tahun untuk mempersempit gap tersebut.

Demikian diungkapkan Direktur Human Capital Management (HCM) Telkomsel, Irfan A. Tachrir, pada Millenials Career Talk yang digelar Telkomsel di Co-working Space Block 71 Bandung Innovation Room, Jalan Ir. Juanda, Bandung, Sabtu 18 Januari 2020.

Menurut dia, jika terlambat mempersempit gap, Indonesia berpotensi kehilangan kesempatan memaksimalkan bonus demografi milenial dalam mengakselerasi perekonomian nasional.

Baca Juga: OPSI: Omnibus Law Jangan Sampai Lebih Buruk Ketimbang Aturan yang Sudah Ada

"Demografi advantage Indonesia hanya sampai 2037. Peluang ini jangan sampai hilang," ujarnya.

Saat ini, menurut dia, masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum sepenuhnya mengadaptasi kebiasaan milenial dalam bekerja. Namun, menurut Irfan, bukan berarti mereka tidak mau. "Mereka sedang mencari celah untuk berubah," ujarnya.

Menghadapi kondisi tersebut, menurut dia, generasi milenial harus bertahan dan jangan berhenti memberikan ide bagi perusahaan. Di sisi lain, menurut dia, unsur pimpinan juga harus terus membuka mindset agar lebih terbuka dengan pola kerja generasi milenial yang memiliki karakteristik unik.

Baca Juga: Wujudkan Bogor Kota Para Pelari, Pemkot Gelar Half Marathon

"Generasi milenial berbeda dengan generasi sebelumnya. Semua suka serba cepat. Mereka tidak menyukai suasana kerja formal. Jam kerja bukan jaminan produktivitas," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat