kievskiy.org

Mengenal Al Rihla, Bola Canggih Piala Dunia yang Harus Diisi Daya Listrik Seperti Smartphone

Bola Piala Dunia 2022, Al Rihla.
Bola Piala Dunia 2022, Al Rihla. /Instagram/@fifaworldcup

PIKIRAN RAKYAT - Seiring berjalannya waktu, teknologi memegang peran penting dalam setiap kegiatan olahraga. Khususnya untuk ajang besar seperti Piala Dunia.

Contohnya bola Piala Dunia 2022 Qatar, Al-Rihla. Al-Rihla, bisa dikatakan sebagai bola tercanggih sepanjang penyelenggaraan single event sepak bola terbesar di dunia tersebut.

Pasalnya, bola ini sangat cepat dan akurat. Bahkan, saking canggihnya, seperti yang dikutip dari marca.com, bola itu bukan hanya perlu dipompa penuh, tetapi perlu diisi daya listrik sebelum pertandingan seperti smartphone.

Al-Rihla merupakan bahasa Arab yang artinya perjalanan. Bola keluaran salah satu produsen apparel olahraga terbesar tersebut memiliki sensor gerak 3D yang mengukur statistik pelacakan bola waktu nyata.

"Kemajuan teknologi ini dibuat atau dihadirkan dengan gagasan untuk membuat olahraga menjadi lebih berkualitas dan keputusan yang lebih adil di lapangan. Itulah yang mendasari Al Rihla yang memiliki sensor 14 gram di dalamnya sehingga memungkinkan dilacak
secara waktu nyata (pelanggarannya) dan menentukan posisi persisnya pada saat tertentu dalam permainan (mendeteksi saat disentuh)," kata Co-founder Kinexon, Maximilian Schmidt.

Dengan adanya sensor tersebut, bukan hanya offside yang terbaca, juga seakurat mungkin menilai gol, dan banyak permainan lain. Bola ini bahkan menjadi alat tambahan yang masuk dalam bagian video assistant referee (VAR).

Baca Juga: Jadwal Siaran Langsung Piala Dunia 2022 Hari Ini: Korea Selatan vs Portugal hingga Kamerun vs Brasil

Meskipun melalui pengisian daya listrik, tapi kinerja sensor di dalamnya yang ditenagai baterai kecil hanya bisa bertahan hingga enam jam penggunaan aktif.

Schmidt mengatakan, setiap kali bola berbenturan sistem mengambilnya dengan kecepatan 50 frame per detik dari 29 titik tubuh pemain.

Bola tersebut dapat melacak dirinya sendiri saat bergerak 500 kali per detik, sesuai pengukuran akurat dari sensor IMU. FIFA pun mencap teknologi ini sebagai teknologi offside semiotomatis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat