kievskiy.org

Habis Iwan Bule, Terbitlah Erick Thohir: Menanti Masa Renaissance Sepak Bola Indonesia

Ilustrasi, sepak bola Indonesia.
Ilustrasi, sepak bola Indonesia. /Pixabay/Phillipkofler

PIKIRAN RAKYAT - Sepak bola bukan hanya sebagai hiburan, ia lebih dari itu, menjaga persatuan sampai batas paling solid. Sejatinya nilai Pancasila yang disematkan Founding Fathers kita, melekat pada olahraga si kulit bundar ini. Namun seiring waktu, bukannya persatuan yang digemakan, melainkan perpecahan demi perpecahan.

Jujur, kita tidak bisa menutup mata atau pura-pura enggak tahu, dengan apa yang terjadi dalam percaturan sepak bola Indonesia saat ini. Seperti halnya, sebuah lukisan abstrak, sulit menebak arah atau konsep apa yang ingin dituju oleh sepak bola di tanah air kita. Tak jelas, malah cenderung ke bentuk paling anarki.

Kritik demi kritik, yang disuarakan para pengamat sedari dari dulu, tidak juga mempan membidik pusat untuk segera membenahi sistem sepak bola di negara berpenduduk 270 juta orang ini.

Mari kita intip sejenak, banyak kasus yang terjadi atas nama sepak bola. Dalam pantauan Pikiran-rakyat.com, setidaknya ada 78 suporter yang tewas sejak medio Januari 1995 hingga Juni 2022, di antaranya tewas karena tawuran antarpendukung.

Baca Juga: Daftar Lengkap 12 Exco PSSI Terpilih 2023-2027 Era Ketum Erick Thohir

Dari catatan itu, penyumbang terbanyak dari pendukung Persebaya, yakni 17 orang. Menyusul, dari The Jakmania dan Aremania, berjumlah masing-masing 9 orang. Kemudian, Bobotoh ada 8 orang. Terbaru, ada Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu, peristiwa memilukan yang merenggut nyawa 135 orang suporter, pascapertandingan Arema kontra Persebaya di BRI Liga 1. Kasus itu pun kemudian hari seperti uap dan tertutup.

Anehnya, kejadian demi kejadian suram itu tidak dibarengi dengan pembenahan sistem dan regulasi yang nyata dalam membentuk blueprint perbaikan. Tak hanya di kalangan suporter dan keamanan yang bermasalah, tetapi di kalangan grassroot tak kalah centang perenangnya.

Kita semua ingat, pada tahun 2010, di kalangan PSSI pernah terjadi perpecahan internal saat Djohar Arifin terpilih jadi ketum PSSI pada 2011 lalu. Liga Super Indonesia (LSI) mendadak diganti di tengah jalan menjadi Liga Primer Indonesia (LPI). Saat itu, perpecahan tak terelakkan. Sejumlah pemain dan klub terbelah.

Dagelan ini, kemudian masih berlanjut, kala LaNyalla Mattalitti didapuk jadi ketum PSSI dalam KLB di Surabaya. Usai ia terpilih, PSSI dibekukan oleh pemerintah dan FIFA. Otomatis LSI musim 2015 juga dihentikan dengan status force majeure. Sepak bola Indonesia memasuki masa suram. Terbaru, Liga 2 dan Liga 3 musim 2022-2023 dihentikan PSSI karena sebab musabab yang sejauh ini belum jelas.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat