kievskiy.org

Penyebab MU Terpuruk sejak 2013 Dibongkar Peneliti: Minim Prestasi tapi Pendapatan Naik

Ilustrasi Man United.
Ilustrasi Man United. /Instagram @manchesterunited Instagram @manchesterunited

PIKIRAN RAKYAT – Berikut alasan MU (Man United) terpuruk sejak tahun 2013 menurut peneliti Universitas Multimedia Nusantara, Yogie Pranowo. Hal itu terungkap lewat tulisannya di laman The Conversation.

Dalam analisisnya, peneliti sekaligus Adjunct Assoaciate Lecturer itu mengibaratkan kasus Man United tersebut dengan naskah drama Waiting for Godot yang ditulis Samuel Beckett. Karakter di dalam karya itu dikisahkan menunggu seseorang bernama Godot tapi Godot tidak pernah muncul.

"Bicara soal absurditas, nyaris tidak ada klub yang lebih absurd dari klub asal Inggris, Manchester United (MU). Setidaknya itu yang diungkapkan sendiri oleh Cristiano Ronaldo lewat wawancaranya dengan Piers Morgan, legenda hidup yang malah diasingkan oleh klubnya sendiri. Dalam wawancara itu, Ronaldo mengatakan bahwa ada begitu banyak polemik yang terjadi di internal klub, salah satu dan yang terutama yang menjadi kritiknya adalah orientasi pemilik klub yang tidak berhasrat untuk mengejar prestasi olahraga dan hanya mengejar profit semata," ujarnya.

"Dalam konteks MU, penantian para tokoh terhadap Godot ini adalah metafora bagi para penggemar klub yang terus membicarakan tentang trofi yang diharapkan–namun tak kunjung datang," katanya, dilansir dari laman The Conversation.

Baca Juga: Impian Sheikh Jassim untuk Beli Man United Ditolak, Glazers Niat Jual Gak Sih?

Yogie menyebut penggemar MU cenderung menantikan kehadiran prestasi seperti saat Sir Alex Ferguson menjadi pelatih yakni pada 1986 sampai 2013 lalu. Hanya, prestasi itu belum juga muncul, hanya beberapa yang itupun merupakan turnamen nasional atau regional yang lebih kecil.

MU alami krisis identitas meski penghasilan meningkat

Menurut Yogie, klub sepak bola profesional idealnya memiliki sejumlah pemasukan. Di antaranya dari penjualan tiket pertandingan, hak siar, dan pendapatan lain seperti merchandise, sponsor, jersey, dan merchandise. Tak hanya itu, pemasukan juga didapat dari transfer pemain.

"Menurut data perusahaan konsultan multinasional Deloitte, MU saat ini adalah klub dengan pemasukan terbesar keempat setelah Manchester City, Real Madrid, dan Liverpool. Sekitar 45% dari pemasukan MU yang sebesar 689 juta euro (Rp11,46 triliun) pada 2022 berasal dari aktivitas komersial, 37% dari penyiaran, dan sisanya dari penjualan tiket. Ini menunjukkan betapa besarnya basis penggemar MU," katanya.

Baca Juga: Peluang Man United Lolos 16 Besar Liga Champions, Harus Menangi 4 Laga, Ada Lawan Bayern Munich

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat