kievskiy.org

Petani tidak Menduga Harga Bawang Merah Anjlok

DUA pekerja sedang menyortir bawang merah di sebuah perusaan milik salah seorang bandar bawang Asep, di Blok Salamanggu, Desa Maja Selatan, kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.*
DUA pekerja sedang menyortir bawang merah di sebuah perusaan milik salah seorang bandar bawang Asep, di Blok Salamanggu, Desa Maja Selatan, kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.*

MAJALENGKA,(PRLM).- Petani di lima desa di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka kembangkan tanaman bawang merah varietas bali karet. Namun mereka tak menduga harga bakal anjlok sepereti sekarang yang mencapai Rp 10.000 per kg. Mereka kini mengeluhkan anjloknya harga yang hingga setengahnya dari harga biasa. Selain itu akibat curah hujan yang tinggi terjadi pembusukan pada daun dan bawang akibatnya hasil tanam hanya menutupi biaya produksi. Padahal varietas bali karet biasanya paling tahan dengan curah hujan tinggi. Menurut keterangan para petani bawang di Kecamatan Argapura, anjloknya harga bawang merah ini sudah terjadi sejak sebulan yang lalu, karena awalnya harga bawang mencapai Rp 20.000 per kg atau paling rendah seharga Rp 15.000 per kg untuk varietas bawang bali karet, bawang sumenep Rp 21.000 per kg serta bawang merah biasa atau varietas bima curut seharga Rp 20.000 per kg. Saat ini, menurut Taslim salah seorang petani bawang bali karet, harga bawang sumenep relatif stabil, untuk bawang merah lokal terjadi penurunan harga sebesar Rp 5.000 atau menjadi Rp 15.000 per kg di tingkat petani. Sementara varietas bawang bali karet turun hingga setengahnya atau hanya Rp 10.000 per kg. Selain itu kini terjadi pembusukan yang cukup tinggi. Awalnya petani di Kecamatan Argapura mengembangkan tanaman bawang bali karet ini karena ukuran ubinya yang besar sehingga sementara dari satu rumpun bisa mencapai 5 hingga 6 dan harga sama dengan harga bawang merah lokal. Makanya petani bisa untung lumayan besar. “Sekarang ada lima desa di Kecamatan Argapura yang mengembangkan bawang varietas bali karet, di antaranya Sukasari kaler, Sukasari Kidul, Cibunut, Sukadana dan Sagara, kami tidak menduga harga bakal anjlok sepertis ekarang,” ungkap Taslim. Bawang merah asal Kecamatan Argapuran ini menurut bandar bawang merah Asep warga Blok Salamanggu, Desa Maja Selatan, Kecamatan Maja hampir seluruhnya dikirim keluar daerah yakni ke Temanggung dan Pati, Jawa Tengah. Sedangkan bawang sumenep dikirim ke Sumatra dan Kalimantan. “Kabarnya bawang sumenep asal Maja dan Argapuran ini kualitasnya paling bagus dibanding produksi daerah lain, makanya harganya pun beda,” ungkap Asep. Asep kini dua kali dalam seminggu mengirim bawang ke wilayah Sumatra dan Kalimantan masing-masing satu truk berisi 5 ton. Di sana menurutnya harga jauh lebih mahal dibanding Pulau Jawa. Kepala Bidang Holtikultura di Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Nana Supriana disertai stafnya Wawan, membenarkan anjloknya harga yang sudha terjadi sejak hampir sebulan yang lalu. “Kami mencoba mengembangkan varietas bawang merah bali karet ini sebetulnya sejak tahun 2005, namun baru bisa berkembang beberapa tahun terakhir,” ujar Wawan. Varietas bali karet dikembangkan sehubungan tanamannya lebih tahan hama, bisa ditanam di dataran medium dan dataran tinggi, lebih tahan dengan curah hujan yang tinggi serta daya tahan kulit lebih lama bisa mencapai 3 bulanan. Produksi setiap hektarnya mencapai 10 tonan, atau dimusim penghujan perbandingan bibit dengan produksi sebesar 1:6 ton. Sementara itu produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka sendiri untuk tahun 2015 mencapai 30.000 tonan. Tanaman bawang yang rutin ditanam di wilayah Argapura sedangkan di dataran rendah biasa dilakukan musiman oleh petani lokal dan petani luar seperti Brebes, Tegal dan Medan.(Tati Purnawati-Kabar Cirebon/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat