kievskiy.org

Target Impor Berubah-ubah, Indikasi Data Kebutuhan tak Akurat

JAKARTA, (PR).- Sekretaris Jenderal Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Rochadi Tawaf menilai revisi target impor daging kerbau mengindikasikan data kebutuhan yang dihitung sebelumnya tidak akurat. Semula, Bulog menargetkan 10.000 ton hingga September 2016 yang kini sudah masuk sekitar 5.300 ton. Kemudian, pemerintah menambah 70.000 ton hingga Desember 2016, kini ditargetkan 100.000 ton untuk persiapan puasa dan Lebaran 2017. Dia menduga tak menutup kemungkinan akan ada penambahan lagi kuota impor pada tahun depan. Bahkan, ketika pemerintah berencana mengimpor 100.000 ton daging kerbau, ada kemungkinan faktanya lebih dari itu. Tahun 2009-2010 silam, ungkap Rochadi, pemerintah mengimpor daging sapi mencapai 75.000 ton, tetapi pihaknya menemukan di Bea Cukai tercatat 120.000 ton. "Di pemerintah tercatat 75.000 ton, fakta di Bea Cukai itu 120.000 ton. Jadi ada selisih, apakah itu ilegal sehingga tidak tercatat. Nah, saya menduga akan terjadi hal yang sama," tuturnya, Selasa, 13 Septembr 2016. Namun, Rochadi menyangsikan realisasi impor daging kerbau itu akan sesuai dengan rencana. Dia mendapat informasi bahwa izin impor dikeluarkan secara diecer yang berakibat pada tak tercapainya realisasi kebutuhan pasokan. "Izin impor triwulan keempat diduga belum keluar sehingga akan terjadi masalah di awal tahun depan. Makanya diantisipasi dengan ini rencana impor mencapai 100.000 ton," kata Rochadi. Dia menyebutkan, pada triwulan II 2016, realisasi impor hanya 53% dari total impor sapi. Tak tercapainya realisasi itu pernah terjadi beberapa tahun lalu yang justru melambungkan harga daging sapi. "Saya perhatikan dari 2011, pemerintah gagal ketika memangkas impor dari 53% jadi 17% karena data populasi sudah swasembada. Pada 2015, impor dipangkas dari 250.000 ton ke 50.000 ton. Pemangkasan itu justru berimbas pada kenaikan harga," tuturnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat