kievskiy.org

BCA Dapatkan 4 Penghargaan dari Kemenkeu

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat menerima penghargaan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Selasa 27 Desember 2016.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat menerima penghargaan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Selasa 27 Desember 2016.

JAKARTA, (PR).- PT Bank Central Asia Tbk menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan pangsa pasar Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk di Indonesia. Pasalnya, penerbitan surat berharga ini bermanfaat memberikan alternatif investasi berbasis syariah kepada masyarakat. "Karenanya, kami berterima kasih telah dipercaya pemerintah untuk memperluas pasar sukuk di Indonesia yang sejalan dengan visi kami untuk senantiasa memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa 27 Desember 2016. Penegasan itu disampaikan Jahja dalam acara “Peringatan Satu Windu Surat Berharga Syariah Negara" di Istana Negara, Jakarta, Jumat lalu. Pada kesempatan itu, BCA memperoleh empat penghargaan dari Kementerian Keuangan untuk kategori Peserta Lelang SBSN Terbaik 2016, Agen Penjual Sukuk Negara Ritel Terbaik 2016, Agen Penjual Sukuk Tabungan Terbaik 2016, dan Investor Utama SBSN Domestik. Keempat penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada Jahja Setiaatmadja, Direktur BCA Suwignyo Budiman, Direktur Independen BCA Erwan Yuris Ang, dan Direktur BCA Rudy Susanto. Jahja mengatakan, tahun ini BCA menjadi salah satu agen penjual Sukuk Negara Ritel seri SR-008 dan Sukuk Tabungan seri ST-001. "Kami melihat Sukuk Negara Ritel dan Sukuk Tabungan yang merupakan bagian dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ini bermanfaat memberikan alternatif investasi berbasis syariah kepada masyarakat Indonesia," ujarnya. Dia menambahkan, keempat penghargaan dari Kementerian Keuangan menunjukkan bukti komitmen BCA untuk mengembangkan pasar keuangan syariah di Indonesia, sekaligus untuk mendukung terciptanya keuangan inklusif di Indonesia. "Keberadaan SBSN memiliki nilai strategis bagi pemerintah," kata Jahja. Sebagaimana diketahui, penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-008 dan Sukuk Tabungan seri ST-001 dapat mendorong mobilisasi dana masyarakat dan memperluas basis investor dalam rangka diversifikasi pembiayaan proyek-proyek APBN. Partisipasi dan komitmen BCA dalam meningkatkan pasar sukuk di Indonesia diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. “Tentunya penghargaan ini menjadi sebuah prestasi yang membanggakan dan akan semakin memotivasi kami untuk terus meningkatkan kinerja mewujudkan pasar sukuk yang efektif dan efisien dalam rangka menggerakkan roda perekonomian di Indonesia,” tambah Jahja. Kriteria yang menjadi penilaian Kementerian Keuangan adalah partisipasi BCA di pasar perdana sukuk yang dicerminkan melalui frekuensi dan volume penawaran yang disampaikan dan dimenangkan, serta performa BCA di pasar sekunder sukuk yang dicerminkan melalui frekuensi dan volume perdagangan. Terkait performa BCA di pasar sekunder, BCA menjual Sukuk Negara Ritel seri SR-008 yang diterbitkan pada 19 Februari-4 Maret 2016 dengan tingkat imbalan sebesar 8,3% per tahun. Sementara itu, BCA menjual Sukuk Tabungan seri ST-001 yang diterbitkan pada 22 Agustus - 2 September 2016 dengan tingkat imbalan sebesar 6,9% per tahun. Antuasiame yang tinggi dari masyarakat mendorong pemerintah menerbitkan Sukuk Negara Ritel seri SR-008 sebesar Rp 31,5 triliun dan Sukuk Tabungan seri ST-001 sebesar Rp 2,58 triliun. “Besar harapan kami penjualan SR-008 dan ST-001 yang telah digalakkan dapat turut membantu pemerintah Indonesia untuk memenuhi target pembiayaan dalam APBN sehingga mendukung kelancaran proyek pembangunan infrastruktur di berbagai daerah secara berkesinambungan," katanya. "Kami juga berharap program penerbitan sukuk yang telah memasuki usia sewindu dapat semakin efektif memobilisasi dana masyarakat dan menjadi alternatif berinvestasi yang aman dan kredibel guna mewujudkan keuangan inklusif di Indonesia,” tutur Jahja.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat