kievskiy.org

Ikan Bakar Nila Bang Temmy Mulai Digemari

Suasana pengunjung di Ikan Bakar Nila Bang Temmy baru-baru ini.
Suasana pengunjung di Ikan Bakar Nila Bang Temmy baru-baru ini.

BANDUNG, (PR).- Berusia tidak muda bukan halangan untuk tidak berkarya. Justru, banyak hal yang bisa dilakukan ketika sudah tidak muda, di antaranya berbagai keinginan yang sulit dilakukan karena aktivitas kerja di masa muda. Berikut ini adalah coretan mengenai sejumlah karya yang dihasilkan para "singa tua". Pria-pria berwibawa, para kepala keluarga, yang ternyata mahir menggunakan spatula, mengoleskan mentega, hingga bisa ciptakan sajian yang bangkitkan selera. Mereka adalah Bang Temmy dan Pak Denny. Ngobrol seru soal zippo, kopi, dan mendaki adalah salah satu topik favorit saya bila berkunjung ke kedai bambu Ikan Bakar Nila Bang Temmy. Berbincang santai dengan pemilik usaha tersebut, Muhammad Indra Themmy (disapa Bang Temmy), selalu menjadi bonus usai santapan nikmat di tempat itu. Setelah sebelumnya menikmati ikan bakar lezat dengan bumbu khas padang yang tebal, ayam bakar yang gurih, sambal jengkol yang hot, dan pepes daun singkong yang segar, menyeruput kopi sambil ngobrol ngalor ngidul membuat kunjungan ke tempat tersebut lebih berwarna. Meski ngalor ngidul, bukan berarti kami bergosip. Yang satu ini ngalor ngidul ala Wartawan PR. Dari ngalor ngidul jadi tulisan, dari tulisan jadi bacaan, dari bacaan tambahkan pelanggan. Aaamiinnn. "Buat saya, rizqi itu dari Allah. Mau sepi, mau ramai, saya tidak ambil pusing. Yang penting, saya kasih pelayanan maksimal, bumbu tebal, makanan enak, pelanggan puas. Rizqi juga tidak selalu keuntungan materi, saya tambah teman dan sahabat itu rizqi, harga kontrakan 8 tahun tidak naik itu rizqi, pelanggan datang ke sini bawa kopi itu rizqi, ada yang kasih zippo, itu juga rizqi. Yang penting ikhtiar halal, rizqi sudah ada yang atur," ujar Bang Temmy kepada "PR" di tempat kerjanya, Jln. Terusan Jakarta 280 dekat Terminal Angkot Antapani, Bandung, Jumat 10 Februari 2017. Apa yang disampaikan pria berusia 54 tahun penyuka progressive rock itu memang sangat relevan. Sebab, sajian ikan bakar miliknya tidak pelit dalam masalah bumbu. Seperti yang sudah sedikit saya singgung sebelumnya, ciri khas bumbu pada ikan bakar di kedai bambu tersebut tebal, juga kaya rempah-rempah. Menikmati ikan bakar di kedai tersebut, nyaman di lidah, enak di perut, dan tetap sehat. Tidak ada satu pun masakan Bang Temmy yang gunakan msg. Selain itu, pada setiap menu yang disajikan, pelanggan tidak perlu khawatir soal porsi, karena seluruh sajiannya membuat perut terisi penuh. Di tempat ini jugalah saya akhirnya menggadaikan keyakinan saya. Setelah memiliki keyakinan yang mantap untuk berhenti makan jengkol setelah menikah, sambal jengkol karya Bang Temmy terlalu menggoda untuk tidak dicoba. Dan ternyata, saya bersyukur, sambal jengkol Bang Temmy memang pantas untuk membatalkan puasa jengkol saya selama 6 tahun. Bagi Anda yang sudah "taubat" dari jengkol, saya sarankan jangan berkunjung ke Ikan Bakar Nila Bang Thmmy. "Taubat" Anda akan gagal. Menurut kakek yang baru saja muncak ke Gunung Ciremai pada akhir Januari 2017 lalu, warungnya buka setiap hari kecuali hari Minggu, dan ketika ia mendaki gunung. Dari rocker gondrong penikmat Genesis, Pink Floyd, dan Yess, sekarang ke off roader penggemar Nissan Terrano. Denny Setiana Mukti mengambil langkah berani ketika memutuskan untuk pensiun dini. Meski langkahnya sempat diragukan sang istri, ia mantap menempuh jalur usaha yang ternyata sangat berkorelasi dengan hobi yang ia miliki. Selain hobi di otomotif, Denny juga hobi di bidang kuliner, ya makan ya masaknya. Pria berusia 48 tahun ini, kalau ketemu makanan enak dan unik, bawaannya jadi ingin ngulik. Oleh karena itu, hasrat ngulik ini yang akhirnya mendorong Denny mendirikan Den's Cafe di Jln. AH Nasution 344 A, dekat Bundaran Cibiru. "Saya suka otomotif dan suka makanan. Oleh karena itu,cafe yang saya dirikan pun dilengkapi dengan auto care. Yang mau makan, bisa sambil merawat mobil, yang mau merawat mobil, bisa sambil makan," ujarnya berseloroh. Pada cafe miliknya, Denny dengan bangga menjadikan menu tradisional sebagai menu utama. Beberapa di antaranya yakni Paket Nasi Tutug Oncom, Paket Nasi Jambal, dan Bangkrok. Kunjungan saya ke tempat itu, membuat saya berpikir, kapan kira-kira saya bisa kembali ke tempat tersebut. Sebab, mencicipi nasi tutug oncom di Den's Cafe mengingatkan saya ketika ditempatkan kerja di Tasikmalaya pada 1,5 tahun lalu. Saat ini, meski tidak di Tasikmalaya, saya bisa menikmati nasi tutug oncom yang gurih dan lezat. Ayam goreng yang disajikan satu paket dengan menu tersebut juga ternyata sangat empuk. Saya tidak kesulitan meski memakannya menggunakan sendok dan garpu. Ayam gorengnya lembut di dalam, tapi garing dan renyah di luar. Bukan hanya tekstur, rasa bumbu yang gurih pun meresap hingga ke dagingnya. Yang tidak kalah penting adalah, sambal ala Den's Cafe yang bikin nagih. Meski menggunakan bahan utama cabai rawit merah, pedas yang dihasilkan pada sambal tersebut tidak lebay dan "segak". Sebab, cabai rawit merah tersebut dipadukan dengan tomat, bawang merah, bawang putih, sereh, dan daun jeruk dengan takaran yang sangat pas. Kesan pertama yang muncul setelah mencicipi sambal tersebut adalah segar, lalu rasa pedas yang segar dan hangat baru muncul setelahnya. Mencicipi dan menghabiskan sambal tersebut, akan mendorong Anda untuk beranjak dari meja, menuju dapur, dan berkata "sambalnya tambah ya". Jadi, siap ke Terminal Antapani dan Bundaran Cibiru akhir pekan ini?.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat