BANDUNG, (PR).- Sepanjang tahun ini serapan kredit usaha rakyat (KUR) oleh sektor ekonomi kreatif (ekraf) diprediksi melampaui Rp 4 triliun. Serapan tersebut meningkat 33 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 3 triliun.
Demikian diungkapkan Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Fadjar Hutomo, di Bandung, pekan lalu. Menurut dia, potensi serapan KUR oleh sektor ekraf tahun ini sesuai dengan target yang dibidik senilai Rp 4 triliun.
"Target tahun ini sudah tercapai. Tahun depan targetnya minimal sama dengan realisasi tahun ini," kata Fadjar.
Ia mengakui, jika dibandingkan dengan total realisasi penyaluran KUR secara keseluruhan, serapan sektor ekraf masih tergolong kecil. Menurut dia, hal ini dimungkinkan tidak semua sektor ekraf bisa mengakses KUR.
"Startup misalnya. Mereka tidak mungkin mengakses KUR karena ketika ditanya laporan keuangan dua tahun terakhir oleh bank, mereka tidak memilikinya. Begitu juga dengan seni pertunjukan yang nilai komersilnya belum muncul," tutur Fadjar.
Persoalannya, menurut dia, karena disalurkan melalui lembaga perbankan, KUR terikat aturan kredit lembaga keuangan tersebut. Dalam penyalurannya, bank harus melakukan tangible analysis, salah satunya terkait persyaratan kolateral.
"Sementara dalam ekraf, aset utamanya adalah intelectual property (IP). Ini menjadi PR bagi kami untuk mendorong lembaga keuangan familiar dengan intangible asset dan mewujudkan IP financing, dengan kekayaan intelektual sebagai kolateral," tutur Fadjar.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi Evaluasi KUR 2017 dan Rencana KUR 2018 pekan lalu, sampai dengan 30 November 2017, realisasi penyaluran KUR mencapai Rp91,3 triliun. Artinya, dari target Rp 106,6 triliun pada 2017, sudah tersalur sebanyak 85,6 persen.
Modal ventura
Untuk startup yang memang belum bisa mengakses KUR, menurut Fadjar, saat ini Bekraf mengarahkannya untuk mengakses modal ventura (penyertaan modal). Sumber permodalan tersebut dinilai lebih tepat bagi startup.