kievskiy.org

Cerita Petani Jamur Bisa Bikin Wisata Edukasi Berkat Ganjar, Kok Bisa?

 Budidaya jamur yang ditekuni sejak 2013, kini berkembang menjadi wisata edukasi berkat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Budidaya jamur yang ditekuni sejak 2013, kini berkembang menjadi wisata edukasi berkat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. /Humas Pemprov Jateng


PIKIRAN RAKYAT -
Puput Setyoko, seorang petani jamur di Borobudur, Kabupaten Magelang punya cerita menarik soal usahanya. Budidaya jamur yang ditekuni sejak 2013, kini berkembang menjadi wisata edukasi berkat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Puput menceritakan, awalnya ia hanya seorang petani jamur kecil-kecilan. Tiga tahun kemudian, tepatnya 2016, mulai mencoba berproduksi olahan jamur. Seperti kripik dan krupuk berbahan jamur.

"Waktu itu, usaha ini belum banyak dikenal masyarakat. Saya kesulitan berkembang terutama soal pemasaran," ujarnya, Jumat 

Namun, Puput tak kenal putus asa dan tetap menggeluti usahanya tersebut. Hingga akhirnya, keberuntungan datang. Tempat usahanya di Dusun Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang didatangi Gubernur Ganjar. Sejak itulah, usahanya kian naik daun. Para wisatawan pun ramai berdatangan.

"Tahun 2018 mulai merintis wisata edukasi. Waktu itu dikunjungi Pak Ganjar, dan langsung dikenal masyarakat lebih luas. Kunjungan wisata semakin ramai," lanjutnya.

Baca Juga: Jembatan Cikereteg Bogor Mulai Ambles, Rute ke Sukabumi dan Jakarta Terganggu

Sosok Ganjar, baginya, memiliki pengaruh besar untuk membranding usahanya itu. Ditambah lagi, usahanya pernah diposting di Lapak Ganjar.

"Saat itu banyak sekali yang berkunjung ke sini. Ada wisatawan dari Kalimantan sengaja datang ke sini karena dapat info dari Lapak Ganjar, bahkan minta foto bareng saya," ungkapnya sambil tertawa.

Dalam satu hari ada sekitar 200 wisatawan yang datang. Bahkan saat weekend rata-rata sampai 1000 wisatawan. Pengunjung tidak ditarik tiket, alias gratis. Namun, dari hasil penjualan produk, Puput mampu mendapatkan omzet Rp100 juta sampai Rp150 juta per bulan.

"Karena berkembang pesat, saya akhirnya bisa membangun pendapa-pendapa sebagai fasilitas wisatawan yang datang," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat