PIKIRAN RAKYAT - Sekali waktu pada 2009 lalu, Tukul Arwana pernah mengatakan dia bosan melawak. Namun, kejenuhan itu ditepiskannya karena sejumlah alasan. Sehingga, kita masih kerap melihatnya sampai hari ini sampai muncul kabar Tulul mengalami perdarahan otak.
Berikut ini catatan wawancara dengan Tukul Arwana pada 2009 lalu. Meski sudah lama berlalu, pesan yang disampaikannya masih sangat relevan dengan situasi kekinian. Kepada pembaca yang bijak lagi bestari, selamat membaca.
***
Waktu menunjukkan pukul 9.34 WIB. Mungkin karena itu, Tukul meminta wawancara berlangsung di rumahnya, Jalan Sawo Ujung Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Gayanya yang santai segera menyambut tamu di rumah yang dipenuhi banyak foto dirinya bersama orang-orang penting di negeri ini.
Sepertinya, kala itu ia belum mandi karena masih mengenakan kaus dalam berwarna putih dan celana pendek berwarna biru muda.
Tukul memang tetap Tukul. Kendati sudah menjadi presenter mahal di Indonesia, gayanya tetap membumi. Ia setia dengan julukan "wong ndeso" yang selalu dipopulerkannya.
Di sebelahnya ada papan catur besar, yang siap dimainkan. Akan tetapi tidak, ia lebih sibuk mengganyang satu demi satu gorengan yang tersaji di meja lewat bibirnya. Bibir yang di kanan kirinya dihiasi satu dua kumis, yang sering menjadi bulan-bulanan.
Karier melawak Tukul diawali saat ia menjadi juara beberapa lomba lawak di Semarang dan Jawa Tengah pada kurun 1979-1983. Ia pindah ke Jakarta pada 1985.
Sepuluh tahun kemudian, ia menjadi penyiar di radio Suara Kejayaan. Wajahnya pertama kali muncul di layar TV saat menjadi model video klip Joshua tahun 1997.
Baru ketika bergabung dengan grup lawak Srimulat, wajah Tukul semakin sering muncul di TV.
"Saya pernah bosan melawak, dengan acara 'Empat Mata'. Namun saya mikir, nyari kerjaan zaman sekarang (2009) susah, orang saja sampe banting tulang mau dapet kerjaan. Ini udah di depan mata, kenapa harus bosan," kata pria kelahiran Perbalan, Purwosari, Semarang, 16 Oktober 1963 itu.
Berbekal pepatah "cintailah pekerjaan, maka pekerjaan akan mencintai kita", Tukul tetap melenggang. Namun, jalannya tak melulu mulus. Banyak penonton yang kemudian memprotes gaya lawakan Tukul yang dinilai "kampungan", "nggak berbobot", "terlalu mengeksploitasi", dan sederet nada sumbang lain.
"Orang lain udah mulai bosan, tetapi kan masih banyak juga yang belum bosan, dan jumlahnya lebih banyak," kata Tukul.
Untuk itu, ia banyak membaca, berlatih, dan belajar dari lingkungan sekitarnya. "Misalnya, anak saya yang berlari dari dapur, dia ngadu ada tikus besar dan gundul di belakang. Saya suruh dia kenalan, dia bilang sudah, dan menyebutkan bahwa nama tikus itu adalah Tukul. Nah, dari hal-hal kecil itu saya belajar," ucap ayah Novita Eka Afriana dan Wahyu Jovan Utama itu.
Tukul juga tak tanggung-tanggung belajar Bahasa Inggris. Katanya, agar terlihat keren. "I sharing my friend, listen my friend, learning by doing, latihan everywhere, at home, at street," kata Tukul dengan gaya banyolannya yang khas sambil mengelus-elus bagian atas bibirnya.
Sejak muncul dalam tayangan Empat Mata, nama Tukul naik daun. November 2008, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberi sanksi administratif berupa larangan penayangan Empat Mata. Sebab, ada adegan makan kodok saat menampilkan bintang tamu Sumanto, sang manusia kanibal.
Kejadian itu berulang tahun 2009. Bukan Empat Mata, acara modifikasi dari Empat Mata, kembali dihentikan penayangannya. Namun, bukan karena kodok.
"Enggak ada unsur kesengajaan. Lagian ini bukan kesalahan saya atau anak-anak (kru). Ini dari bintang tamu yang tidak disengaja dan saya enggak ngerespons apa-apa. Namanya juga live, bukan taping," kata Tukul pada 11 Juni 2009 lalu.
Penghentian dilakukan karena dalam suatu episode, KPI menemukan bahwa salah satu personel grup musik Kangen Band yang menjadi bintang tamu, secara spontan mengeluarkan kata yang berkonotasi alat kelamin laki-laki. Sehingga, penayangan talkshow itu dihenhentikan.***