kievskiy.org

Refleksi Bulan Bahasa, Para Ahli Soroti Perkembangan Bahasa Campur Sari di Indonesia

Ilustrasi perkembangan bahasa Indonesia di momen Bulan Bahasa Oktober 2022.
Ilustrasi perkembangan bahasa Indonesia di momen Bulan Bahasa Oktober 2022. /Pixabay/Mahesh Patel Pixabay/Mahesh Patel

PIKIRAN RAKYAT – Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan ­bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Tiga poin tersebut merupakan slogan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada kenyataannya, ketiga poin tersebut sering tertukar. Bahasa Indonesia dilestarikan, bahasa asing diutamakan.

Sehari-hari, keberadaan dan penggunaan bahasa Indonesia kian terkikis masifnya penggunaan bahasa asing. Eksistensi bahasa Indonesia juga semakin menemukan tantangan seiring kemajuan zaman dan teknologi.

Salah satu tantangannya adalah penggunaan bahasa ‘gaul’ dan slang. Pada akhirnya, kekhawatiran yang mencuat adalah bahasa Indonesia justru jadi bahasa yang asing.

Baca Juga: Kumpulan Kata Bijak Buya Hamka tentang Cinta dan Kehidupan Paling Menyentuh Hati dan Penuh Makna

Contoh kecilnya, penggunaan nama bangunan, kawasan, hingga jalan yang saat ini sering ditemukan menggunakan bahasa asing. Padahal, Indonesia sudah memiliki Perpres Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia yang mewajibkan penamaan banyak hal menggunakan bahasa Indonesia.

Dewan Pengawas Asosiasi Linguistik Terapan Indonesia (ALTI) Eri Kurniawan, PhD mengakui bahwa saat ini kondisi tersebut banyak ditemukan.

"Bahkan, banyak juga nama perumahan yang menggunakan bahasa asing padahal letaknya ada di perkampungan atau kawasan padat penduduk, di pedalaman," ucap Eri, Jumat 28 Oktober 2022.

Dari sudut pandang sosiologi bahasa (bagaimana bahasa digunakan sebagai konteks sosial), hal itu bisa dipahami. "Bukan berarti benar atau salah," ujar pakar bahasa dari Universitas Pendidikan Indonesia itu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat