kievskiy.org

Tren Campursari Merambah Sundawi, Akademisi Singgung Idealisme Musisi

Farel Prayoga, penyanyi cilik yang viral karena tampil di Istana Merdeka saat perayaan Hari Kemerdekaan di Istana Negara pada Rabu, 17 Agustus 2022, membawakan lagu Ojo Dibandingke.
Farel Prayoga, penyanyi cilik yang viral karena tampil di Istana Merdeka saat perayaan Hari Kemerdekaan di Istana Negara pada Rabu, 17 Agustus 2022, membawakan lagu Ojo Dibandingke. /Tangkapan layar YouTube/Setpres

PIKIRAN RAKYAT - Tembang "Ojo Dibandingke" yang dinyanyikan penyanyi cilik Farel Prayoga pada HUT ke-77 Republik Indonesia di Istana Negara mendadak viral. Lagu yang aslinya diciptakan dan ditulis Abah Lala atau Agus Purwanto itu menyebar ke berbagai kalangan. Uniknya, kendati berbahasa Jawa, "Ojo Dibandingke" bisa dikenal ke seantero nusantara.

Sebelum "Ojo Dibandingke", lagu-lagu campursari berbahasa Jawa menjadi fenomena di industri musik Indonesia. Tak dapat dimungkiri, salah satu penyulutnya adalah mendiang Didi Kempot yang pada 2019 mengguncang festival musik multigenre Synchronize di Jakarta.

Ketika itu, Didi yang dijuluki The Godfather of Broken Hearts tampil di antara para penampil kancah musik populer. Sebut saja Raisa, Glenn Fredly, Burgerkill, Kunto Aji, Jamrud, dan Ardhito Pramono. Penampilan Didi disambut ribuan penonton yang kebanyakan generasi milenial. Mereka bernyanyi dan berjoget bersama Didi.

Setelah Didi meninggal dunia pada Mei 2020, para musisi penerus Didi bermunculan. Nama-nama seperti Denny Caknan, Happy Asmara, Woro Widowati, Dory Harsa, dan kini Ndarboy Genk meneruskan legacy Didi.

Baca Juga: Ketua MUI Setuju Biaya Haji Naik Jadi Rp69 Juta

Mereka memasyarakatkan lagu campursari dan koplo berbahasa Jawa tanpa pandang bulu. Salah satunya merasuk ke tanah Sunda. Lantas, di mana posisi musik Sunda saat ini? 

Seniman sekaligus dosen prodi musik Universitas Pendidikan Indonesia Rita Tila mengungkapkan, ada beberapa faktor yang membuat musik Jawa bisa menerobos pasar nasional. Salah satunya, jika dilihat dari musikalitas terutama notasi, lagu Sunda itu lebih sulit untuk dinyanyikan. Jadi, ketika orang luar Sunda mau menyanyikan lagu Sunda, pasti ketemu banyak tantangan. 

Faktor lainnya, kata Rita adalah idealisme para musisi yang terlalu besar. Musiknya harus detail, cara menyanyikannya ada cengkok, dll. 

"Kenapa lagu campursari berbahasa Jawa mudah diterima? Musiknya asyik buat joget, tema lagunya sehari-hari, dan cara menyanyikannya lebih sederhana. Selain itu, para musisinya tahu, mana lagu yang buat jualan di industri, mana yang buat menyalurkan idealisme," ungkap Rita via telefon, Jumat 20 Januari 2023.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat