kievskiy.org

Mengenal Herry Dim, Perjalanan Pelukis Indonesia Pertama yang Menggelar Pameran Tunggal di Swiss

Pelukis Indonesia asal Bandung, Herry Dim (67), saat menunjukkan Kadal Hejo, salah satu karakter dalam Wayang Motekar di Studio Pohaci, Bandung, pada Selasa, 22 Agustus 2023.
Pelukis Indonesia asal Bandung, Herry Dim (67), saat menunjukkan Kadal Hejo, salah satu karakter dalam Wayang Motekar di Studio Pohaci, Bandung, pada Selasa, 22 Agustus 2023. /Pikiran Rakyat/Irwan Suherman

PIKIRAN RAKYAT - Kuas di tangan Herry Dim (67) menari di atas kanvas siang itu, Selasa, 22 Agustus 2023, diiringi suara musik tradisional. Pelukis Indonesia pertama yang menggelar pameran tunggal di Jenewa, Swiss, itu dengan telaten melukis beberapa karakter wayang ciptaannya, Wayang Motekar, di Studio Pohaci, Komplek Cibolerang, Margahayu Utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat.

Saat ditemui Pikiran Rakyat, Herry sedang menggarap sebuah lukisan. Lukisan itu merupakan satu dari 12 lukisan bertema Wayang Motekar yang akan ditampilkan di pameran tunggalnya beberapa waktu mendatang.

Alumni Seni Teater Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung atau yang kini menjadi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung itu mengungkapkan, ilmu melukisnya dipelajari secara otodidak dan dari hasil belajar kepada R Rudiyat Martadiraja, Popo Iskandar, dan Srihadi Soedarsono.

"Jadi lain guguru kumaha diajar ngagambar teh, nonton weh harita senior ngagambar (Jadi bukan berguru bagaimana cara menggambar, tapi waktu itu melihat para senior menggambar), di antaranya Pak Srihadi," ujar Herry Dim sambil tersenyum.

Baca Juga: Wanted: Dicari Calon Wali Kota Bandung yang Bisa Bereskan 5 Masalah Ini

Ayah tiga anak itu berujar, selain dari tiga seniornya itu, kerap kali diberi saran oleh pelukis Rudy Pranajaya. Bahkan diberi cat dan kanvas oleh Rudy.

Berkah

Dia mengungkapkan, pameran pertamanya digelar di Jakarta. Kala itu ikut pameran bersama, saat bergabung dengan sanggar Darajas sekira tahun 1976.

"Jadi munggaran pameran teh harita, tah kadieukeun 1978 pindah deui ka Bandung (kali pertama waktu itu, selanjutnya tahun 1978 pindah lagi ke Bandung)," tuturnya.

Sempat menjadi bagian dari Harian Umum Pikiran Rakyat menjadi berkah baginya untuk dekat dengan seniman-seniman senior di Kota Kembang. Kedekatan itulah yang mengantarkan Herry dan Rudy Pranajaya mendirikan Kelompok Seniman Bandung (KSB).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat