kievskiy.org

Bos Avatar: The Last Airbender Jelasakan Alasan Ubah Alur Cerita Versi Live Action

Cuplikan adegan dalam serial Avatar: The Last Airbender.
Cuplikan adegan dalam serial Avatar: The Last Airbender. /Dok. Netflix

PIKIRAN RAKYAT - Seorang diktator yang kejam mencengkeram pergelangan tangan seorang prajurit musuh. Mata prajurit itu melebar. Dia menjerit putus asa saat kulitnya berubah menjadi garing karena dibakar hidup-hidup. Mayat pucat jatuh ke tanah, dan diktator itu bergerak dengan mudah, siap untuk mendiskusikan taktik perang dengan anak buahnya.

Adegan itu terjadi hanya lima menit setelah pemutaran perdana Avatar The Last Airbender yang diadaptasi Netflix dari seri Nickelodeon dengan nama yang sama. Awalnya  dianimasikan, diakui secara luas, dan, terutama, dibuat untuk anak-anak.

Akan tetapi, bos 'Avatar: The Last Airbender' Albert Kim buka suara mengenai langkah beraninya membuka versi live action dengan gambaran yang begitu gamblang tentang kebrutalan raja api Sozin (Hiro Kanagawa). 

"Sangat penting bagi kami untuk memulai dengan cara itu," ucapnya.

"Ini adalah sinyal yang sangat jelas bahwa ini bukan terjemahan catatan-untuk-catatan. Itu ada dalam mitologi aslinya, jadi penggemar akan tahu apa yang kami lakukan, tetapi kami pergi ke arah yang sedikit berbeda," tutur Albert Kim menambahkan.

Episode selanjutnya kemudian menggambarkan bagaimana Perang Seratus Tahun dimulai. Dalam seri aslinya, animasi itu terus-menerus menekankan pada genosida Negara Api terhadap Pengembara Udara, tetapi tidak pernah ditampilkan di layar sedetail itu.

"Menunjukkan genosida Kuil Udara Selatan menetapkan taruhan bagi dunia kita. Namun, merupakan satu hal bagi seorang anak berusia 12 tahun untuk mengatakan, 'Saya harus menghentikan Negara Api. Ini lain untuk melihat apa yang Negara Api lakukan terhadap rumahnya, keluarganya dan semua orang yang dia cintai," kata Albert Kim.

Produser utama Avatar The Last Airbender itu pun mengungkapkan lebih jauh alasan di balik perubahan alur cerita versi live action dan versi animasi.

Seri untuk Anak-Anak tapi Banyak Kekerasan

Animasi Avatar: The Last Airbender dibuat seolah-olah untuk anak-anak, tetapi kekerasan dalam cerita menjadi lebih intens dalam versi live action. Albert Kim pun mengatakan, perubahan dalam versi live action tidak dibuat demi mengubah target audiens.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat