kievskiy.org

Menabuh Genjring Menjelang Sahur, Tradisi Masyarakat Kuningan Saat Bulan Ramadhan

Sekelompok remaja sedang menabuh genjring  menjelang sahur, di salah satu permukiman, sekitar Kelurahan Ciporang, Kabupaten Kuningan.
Sekelompok remaja sedang menabuh genjring menjelang sahur, di salah satu permukiman, sekitar Kelurahan Ciporang, Kabupaten Kuningan. / Pikiran Rakyat/Ajun Mahrudin

PIKIRAN RAKYAT - Menabuh Genjring menjelang sahur, merupakan tradisi masyarakat khususnya di daerah Kabupaten Kuningan saat bulan Ramadhan. Tradisi tersebut, biasanya dilakukan oleh kelompok remaja saat menjelang sahur mulai sekira pukul 2.00-3.00 WIB. Mereka asyik menabuh genjring, keliling kampung, meski dalam kondisi udara dingin.

Ada yang menyebut jidur, koprek, dan obrog. Namun, kini ada juga juga yang menyebut genjring sahur, lantaran peralatan musik yang digunakan yaitu genjring. Sementara, istilah obrog dan koprek sudah lama dikenal yaitu tradisi yang sama dengan menggunakan alat kesenian tradisional maupun modern.

Misalnya, ada yang menggunakan alat kesenian modern seperti gitar, organ, kendang lengkap dengan sound system. Tak jarang pula yang memanfaatkan hanya alat kesenian tradisional seperti dogdog, genjring, dan terebang yang menjadi khas seni tradisional Jidur.

Mereka berjalan keluar masuk gang sambil menabuh alat kesenian genjring dan dogdog. Beberapa remaja kelompok penabuh genjring, menyanyikan lagu-lagu religi dan selawat. Terdengar syahdu, meski tanpa pengeras suara.

Menabuh genjring menjelang sahur, boleh dibilang salah satu tradisi masyarakat yang masih hidup di daerah Kabupaten Kuningan.

"Dulu menabuh genjring itu hidup di lingkungan masjid dan pondok pesantren, berkembang di lingkungan masyarakat umum," kata Dodo Suwondo, dari Dewan Kebudayaan Kabupaten Kuningan, seperti dilaporkan kontributor Pikiran Rakyat Ajun Mahrudin, Kamis, 21 Maret 2024.

Menurut dia, kebiasaan membangunkan sahur dengan menabuh genjring, dan istilah obrog atau koprek itu sebenarnya sama yaitu tujuannya untuk membangunkan warga yang akan sahur. Bedanya hanya dari sisi peralatan musik yang digunakan. Jidur itu alat musiknya terbuat dari bahan kulit, sedangkan obrog itu ialah nama tradisi tersebut.

Dia menjelaskan, obrog bisa dilihat dari dua sisi. Pertama jenis alat musiknya yaitu dogdog, terebang, dan genjring, Kedua, dari pola tabuhannya, yaitu antara tiga alat tabuhannya itu hampir sama. Itu sebabnya, tabuhan obrog memusat pada jidur sebagai bas atau dalam istilah musik Sunda disebut waditra indung.

Menabuh Genjring menjelang sahur di Kabupaten Kuningan hingga kini tak pernah luntur. Meski telah mengalami perubahan menggunakan alat musik modern, masih ada kelompok remaja yang menjelang sahur menabuh genjring.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat