kievskiy.org

Mengidentifikasi Orangtua dengan Tes DNA

DEOXYRIBONUCLEIC acid. Membacanya saja sudah cukup sulit dan mungkin istilah itu masih sangat jarang dipahami orang awam. Akan tetapi, berbeda ketika kita menyebut DNA, banyak orang yang sudah mengenalnya dan tahu bahwa itu adalah suatu pengujian untuk mengidentifikasi seseorang dan juga kekerabatannya dengan orang lain.

Belum lama ini, perselisihan sejumlah selebritas di sajian infotainment membuat kita mendengar lagi istilah tes DNA. Pengujian bioteknologi itu memang sering dijadikan alat untuk menyelesaikan sengketa yang kebanyakan berkaitan dengan pembuktian siapa ayah atau ibu dari seorang anak.

Menurut dokter spesialis forensik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Yoni Fuadah Syukriani, ada banyak manfaat dari DNA forensik dan salah satunya adalah tes DNA paternitas. Umumnya, pengujian itu memang untuk mengetahui apakah seorang laki-laki adalah ayah dari seorang anak. Namun, istilah serupa pun dipakai untuk mengecek sang ibu.

Ia mengatakan, tes DNA dilakukan dengan menguji inti sel da­lam tubuh manusia. Setiap manusia memiliki banyak sel di dalam tubuhnya dan masing-masing memiliki inti sel. Di dalam inti sel itu­lah terdapat DNA yang bisa diuji.

”DNA dari mana? Itu dimulai dari pembuahan sel telur dan sperma. Telur membawa DNA, sperma pun di dalam kepalanya membawa DNA. Begitu pembuahan, masing-masing setengah DNA dari telur dan setengah dari sperma bersatu, itu menjadi DNA inti seseorang. Saat embrio sudah semakin berkembang, sel darah, kulit, otot, jantung, dan lain-lain itu memiliki inti sel yang mengandung DNA yang sama,” tutur Yoni yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ketika ditemui di ruang kerjanya di Kampus FK Unpad, Jalan Eyckman Nomor 38, Kota Bandung.

Meskipun banyak sel yang bisa diperiksa, Yoni mengatakan, tes DNA biasanya diuji dengan mengambil sampel darah seseorang. Selain itu, sampel juga bisa diambil dari kerokan dinding mulut. Bila masyarakat sering mendengar rambut bisa menjadi sampel, ia mengatakan, itu bisa saja tetapi pengujiannya relatif lebih susah. Rambut yang diambil pun harus sampai ke akarnya.

Statistik probabilitas
Saat ingin melakukan tes DNA paternitas, kata Yoni melanjutkan, setidaknya harus memeriksa tiga orang, yaitu anak, ibu, dan yang disangkakan sebagai ayah. Ketiganya diambil sampel DNA melalui darah, lalu dicocokkan. Setengah DNA dari anak haruslah cocok dengan ibu dan setengah lagi cocok dengan ayah.

”Kesimpulan tes DNA ini bisa dikatakan yakin, bila 100% bukan, atau DNA yang disangkakan ayah tidak cocok dengan DNA anak. Akan tetapi, kalau ada kesamaan, kami akan menyimpulkannya bahwa laki-laki itu tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai ayah kandung dengan menyebutkan kemungkinannya sekian persen,” ucapnya.

Ia menjelaskan, persentase itu adalah statistik probabilitas. Dugaan kuat adalah bila mencapai 99,99%, atau dengan kata lain hasilnya memiliki keyakinan yang tinggi. Bila ternyata persentase menunjukkan angka 98,5%, itu bukan berarti orang tersebut disingkirkan dari kemungkinan sebagai ayah dari seorang anak, hanya keyakinannya berkurang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat