kievskiy.org

Inline Skate, Sesi Kebersamaan Ibu dan Anak

TERIAKAN seru begitu riuh meramaikan salah satu sisi luar Gelanggang Olah Raga Saparua Kota Bandung. Beberapa ibu muda tidak mau kalah lincah dengan anaknya untuk berseluncur menggunakan sepatu dengan roda yang tersusun dalam satu barisan alias inline skate. Olah raga ini memang sedang kembali tren dan banyak anak-anak yang mempelajarinya. Kalau anak bisa, masa ibunya tidak?

Tidak banyak memang ibu-ibu yang mau mencoba memainkan inline skate. Apalagi kalau dia pemula yang sama sekali belum pernah memainkannya ketika masa kecilnya. Pemandangan di GOR Saparua pun tampak beragam antara para ibu yang cukup lancar dan para ibu yang masih terhuyung-huyung mencoba belajar.

Inline skate memang pernah sangat populer ketika para orangtua sekarang masih kanak-kanak di era 1990-an. Beberapa waktu belakangan ini, trennya kembali meningkat sehingga banyak anak yang berminat sampai akhirnya tergabung dalam klub.

Namun, banyak pula anak-anak yang mengajukan syarat bahwa mereka akan berlatih kalau ibunya pun mau bermain sepatu roda. Tantangan yang datang dari seorang anak tentunya tidak bisa membuat ibu menolaknya kan? Hasilnya, keramaian orangtua me­warnai sesi latihan anak.

Seperti yang dialami Riri Sari Dewi (32) yang memang sudah pernah menjadi atlet sepatu roda saat masih bersekolah. Dua tahun ke belakang, ia mulai bermain lagi karena anaknya ingin berlatih di Balance Inline Skate Academy asal ibunya menemani.

”Anak memang suka, tetapi dia tidak mau latihan kalau ibunya ti­dak menemani. Ya sudah deh, saya bermain lagi. Suami pun akhir­nya ikut belajar bermain inline skate. Ketika saya hamil anak ke­dua, suami yang menemani anak berlatih,” tuturnya ketika ditemui sedang bermain inline skate bersama orangtua lainnya.

Bermain inline skate sekarang dan di masa kecil tentu berbeda. Riri mengatakan, para orangtua melakukannya karena hobi dan su­paya ada aktivitas sambil menunggu anak latihan. Karena me­lakukannya bersama-sama anak di tempat yang sama, ia senang karena inline skate menjadi hobi bersama di dalam keluarganya sehingga mereka bisa meluangkan waktu bersama-sama.

”Bedanya lagi, sekarang lebih takut, hehe.... Saat tiga bulan setelah melahirkan, saya langsung main dan waktu itu jatuh. Jatuhnya pun salah posisi sehingga tidak bisa main selama dua bulan. Ya, sekarang sudah lancar lagi sih bermainnya, tapi masih takut untuk belajar trik-trik yang sekarang sangat banyak itu. Takut jatuh,” tuturnya lalu tersenyum.

Kesulitan memainkan inline skate setelah puluhan tahun tidak mencoba juga dirasakan Agita Nurfianti (32). Ia pernah memain­kannya saat masih duduk di sekolah dasar meskipun hanya sebagai hobi, bukan untuk menjadi atlet. Ketika anaknya mulai berlatih di Balance Inline Skate Academy, ia tertarik untuk mencobanya lagi. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat