kievskiy.org

Mengangkat Hikayat Jamarun, Cerita Rakyat Dari Cianjur

AKTOR memainkan adegan dalam pertunjukan teater lakon
AKTOR memainkan adegan dalam pertunjukan teater lakon

Bandung, (PR).- Pertunjukan teater lakon "The Light Within a Night (Cahaya Memintas Malam)" garapan duet sutradara Sahlan Mujtaba, dan Bob Pavlich tersuguh di Gedung Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Senin, 13 Feburari 2017. Konsep penyuguhan teater menyerupai tampilan film omnibus, menyatukan sejumlah fragmen plot yang membumbui cerita utama perihal hikayat seorang buruh tani malang bernama Jamarun. Bahasan pokok yang tertuang dalam lakon merupakan adaptasi dari cerita rakyat Cianjur. 

Duet sutradara menerapkan alur campuran, memunculkan banyak unsur kejutan yang terus memicu penasaran. Perpindahan plot berlangsung mendadak, bahkan ada yang menginterupsi pada tengah adegan. Sebelum menggarap proyek kolaborasi, setiap sutradara tampak telah memunyai usungan cerita masing-masing. Hal itu tergambar kentara ketika terjadi perpindahan latar adegan yang terkesan bertumpuk-tumpuk. 

Jajaran aktor menjalankan skenario secara apik, menyampaikan cerita dengan lugas melalui gerakan, maupun lisan. Setiap aktor memainkan beberapa peran sekaligus, menuntut pendalaman watak yang komprehensif. Apalagi, mereka turut mempraktikan metatheatre, menampakkan ekspresi estetis yang seolah membentuk gimmick acting improvisasi. Padahal, hal itu muncul berlandaskan sikap sungguhan (natural), bukan bagian dari acting. 

Penyertaan koreografi menyelang rentetan dialog, memunculkan efek visual atraktif, mewarnai dinamika tampilan plot. Selain pandai memeragakan acting, para aktor tampak memunyai kemampuan vokal memadai. Sesekali, mereka menyuguhkan nyanyian dengan lirik multibahasa, Indonesia, Sunda, dan Inggris. 

Set panggung begitu menopang suguhan pertunjukan, menguatkan ilustrasi cerita melalui tayangan video mapping animasi artistik, tata pencahayaan penuh warna, serta musik latar tematik. Pengaturan set tersebut tampak sinkron dengan pancaran emosi yang tertuang dari setiap adegan. 

Jamarun tergambarkan sebagai buruh tani miskin, sampai perlu meminjam tabungan istrinya untuk membeli cangkul. Perekomian keluarga Jamarun semakin terpuruk saat kekeringan melanda desanya. Guna mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, Jamarun memutuskan pergi merantau ke desa tetangga, beralih mata pencaharian menjadi pemancing. 


Jamarun tak kunjung mendapatkan ikan setelah memancing selama dua jam, malah melihat jasad perempuan yang tergeletak di pinggir sungai. Dia sangat kaget, kemudian meminta pertolongan warga setempat. Akan tetapi, warga malah menuduh Jamarun sebagai pelaku pembunuhan, walau tanpa bukti yang kuat. 

Merasa paling benar, warga yang memresentasikan suara mayoritas bertindak gegabah dengan meringkus, kemudian membawa Jamarun ke pengadilan rakyat. Kanjeng dalem (tokoh masyarakat) desa setempat yang bertindak sebagai hakim pengadilan rakyat memvonis hukuman gantung kepada Jamarun. 

Perangkat pertunjukan melibatkan tiga entitas berbeda, Main Teater, Teater Lakon, dan mahasiswa Program Studi Teater dan Film Universitas La Trobe (Australia). Sebelum menyelenggarakan pertunjukan, mereka melakukan penjajakan, dan persiapan selama empat pekan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat