kievskiy.org

Justice League, Garis Start untuk Bergerak ke Dua Arah

CERITA superhero, termasuk film tentangnya, sangatlah klise. Maka untuk membuatnya menarik, si juru cerita wajib menampilkan ”hal lain” demi memuaskan dahaga para penikmatnya. Hari ini, Rabu 15 November 2017, pada hari pertama penayangan Justice League, rasa penasaran akan ”hal lain” itu terjawab sudah.

Disebut klise karena cerita superhero, sepanjang apapun bunga rampainya, selalu berujung pada simpulan bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan. Nilai-nilai moral positif akan mengalahkan segala keburukan.

Yang tergolong ”hal lain” yang dapat menjadi nilai tambah film superhero di antaranya adalah perkembangan karakter, adegan pertarungan, humor, jajaran aktor, kostum, maupun teknologi perfilman mutakhir. Namun tentu saja tidak hanya terbatas pada anasir tersebut.

Setelah menonton Justice League, tidak salah jika ada penonton yang bertanya-tanya, “Udah nih, segitu doang?”

Jelas mereka berharap adanya kompensasi untuk klisenya cerita superhero. Namun tim penulis dan sutradara tidak menampilkan nilai tambah tersebut dalam bentuk konten yang mudah dicerna mata dan telinga. Nilai tambah tersebut berada di lapis berikutnya yaitu di ruang konsep sehingga butuh perenungan lebih untuk mengidentifikasinya.

Perkembangan karakter para superhero dalam Justice League tidak terasa istimewa. Perkembangan karakternya didesain singkat dan sengaja melewatkan momen-momen personal. Butuh dua pertiga durasi film untuk sampai pada satu titik ketika para jagoan punya pemahaman yang sama tentang kekuatan kelompok.

Mari berhitung. Ada 6 karakter inti dalam film berdurasi 120 menit (plus post credit) ini. Artinya setiap karakter inti hanya punya waktu sekitar 10 menit untuk menegaskan keberadaan dan motifnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat