kievskiy.org

Ganja Bisa Cetuskan Gejala Gangguan Jiwa

ILUSTRASI penyalahgunaan ganja.*/DOK. PIKIRAN RAKYAT
ILUSTRASI penyalahgunaan ganja.*/DOK. PIKIRAN RAKYAT

BANDUNG, (PR).- Mayoritas pasien yang datang untuk melakukan terapi adiksi narkoba adalah usia produktif. Untuk pasien dengan golongan pengguna narkoba, biasanya dimulai dari usia remaja. Penyebabnya antara lain karena banyak remaja yang membutuhkan fantasi. 

Misalnya, ketika seseorang mengonsumsi ganja. Efek yang ditimbulkan bersifat halusinogen. Meski tak terlalu tampak secara fisik, efek ketergantungan ganja sangat dirasakan secara psikologis. 

"Usai konsumsi ganja, keberadaannya di dalam darah masih bisa dideteksi selama satu bulan," ucap Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Teddy Hidayat, ketika ditemui Pikiran Rakyat di RS Melinda 2, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Efek berbahaya yang bisa ditimbulkan dari konsumsi ganja, dilanjutkan Teddy, adalah bisa mencetuskan gejala gangguan jiwa. 

Efek tersebut terjadi karena bekerja di area dopamin, sehingga bisa menimbulkan gejala seperti gangguan jiwa berat. Misalnya perasaan curiga tinggi, marah-marah, hingga paranoid. 

Dopamin adalah suatu neurotransmitter yang terbentuk di otak dan organ tubuh lain, dan merupakan senyawa yang mengantarkan sinyal atau rangsangan antar/antara sel saraf dengan sel lainnya.

Sebagai neurotransmitter, dopamin mengantarkan sinyal di dalam otak untuk mengatur pergerakan, pembelajaran, daya ingat, emosi, rasa senang, tidur, dan kognisi. Dopamin juga memiliki fungsi bagi organ-organ lain, seperti ginjal, pankreas, paru-paru dan pembuluh darah.

Pengguna dewasa

Untuk pengguna dewasa muda, kebanyakan menggunakan narkoba untuk mempertahankan stamina, hura-hura, meningkatkan rasa percaya diri, dan mendapatkan kegembiraan. Sehingga, yang lebih banyak dipilih adalah golongan stimulan. 

"Awalnya mereka mencoba untuk mendapatkan perasaan gembira dan senang-senang. Tapi semakin lama menggunakan, tujuannya berubah. Dari yang awalnya untuk perasaan senang, lama-lama untuk menghilangkan gejala putus zat alias sakau," tutur Teddy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat