kievskiy.org

Ingin Jadi Kreator Podcast? Perhatikan Ini

ILUSTRASI podcast.*/CANVA
ILUSTRASI podcast.*/CANVA

BENARKAH jadi podcaster itu mudah? Tentu saja, semua tergantung dari seberapa serius calon kreator hendak menjadi memproduksi podcast.

Secara teknis, Yosep Muhammad Fariz dari Podcast Indonesia Bandung menjelaskan, banyak aplikasi yang bisa digunakan dalam membuat podcast. Misalnya, dengan mengunduh Anchor, Soundcloud, atau Whooskaa dan mulai ikut petunjuknya dalam mengkreasi sebuah acara siaran. Anda juga bisa menambahkan latar musik dalam siaran, dengan lagu-lagu gratis di aplikasi semacam itu.

Untuk menentukan apa saja yang akan dibincangkan dalam podcast, Anda bisa membuat naskah atau poinnya lebih dulu (scripted), atau mengalir lepas saja (unscripted).

“Kalau saya sih pasti ditulis banget supaya jangan ada sampai 6 detik kosong, tidak ada suara apa-apa. Kalau mau in prompt to juga bisa,” ujar Rio Tuasikal, Mahasiswa Asian Center for Journalism Filipina yang juga merupakan kreator podcast. Rio yang juga kreator konten Julit, Jurnalisme Lima Menit itu ditemui usai diskusi dan workshop Tren dan Peluang Podcast di Kaka Café, Jalan Sulanjana Kota Bandung, pekan lalu. 

Jika bingung akan membawakan tema apa yang akan dibawa dalam siaran, calon kreator bisa membawakan sesuatu yang disukai dan dikuasai.

“Lebih mudah bagi saya yang sudah memiliki branding sendiri sebagai jurnalis, dimana saya kuliah, saya bekerja dimana saja, itu saya bawa ke podcast. Pilihan setiap orang untuk mencitrakan dirinya berbeda atau sama dengan yang dia post di Instagram atau media sosial lain. Kalau saya memilih sama saja, yang saya siarkan ya tentang jurnalistik, menulis berita, dan broadcasting,” katanya. 

Kehadiran podcast yang sebenarnya dimulai 2014 di Amerika Serikat, baru terpandang jadi peluang media baru 2019 ini. “Ini peluang baru buat semua orang. Termasuk organisasi media,” kata Rio.

Akan tetapi di Indonesia, kata dia, media arus utama belum banyak memanfaatkan peluang ini. Tantangan bagi semuanya, harus belajar lagi dengan media baru ini.

“Harus trial and error, membaca riset-riset tentang apa yang didengarkan audience, apakah mau sama dengan media versi cetak atau videonya?” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat