kievskiy.org

Fenomena Fatherless Kian Menyuburkan Kenakalan Remaja

Sejumlah remaja terlibat tawuran di Manggarai, Rabu (4/9/2019).
Sejumlah remaja terlibat tawuran di Manggarai, Rabu (4/9/2019). /ANTARA/Dokumentasi Pribadi

PIKIRAN RAKYAT - Setiap anak pasti memiliki ayah. Akan tetapi, tak semua anak beruntung memiliki ayah yang terlibat aktif dalam hal pengasuhan.

Fenomena tersebut kerap disebut sebagai fatherless atau father hunger, yakni anak tumbuh tanpa kehadiran ayah baik secara fisik maupun psikologis. Sekali pun ada, ayah tidak berperan maksimal dalam pengasuhan anak.

Indonesia disebut berada di peringkat ke-3 dalam menyandang status sebagai Fatherless Country. Topik mengenai fenomena ini kembali mengemuka seiring dengan peningkatan literasi, pemahaman masyarakat terhadap kesetaraan gender, serta maraknya berbagai kasus kekerasan dan kriminal, yang ketika ditarik ke belakang maka salah satu penyebab terbesarnya adalah absennya figur ayah dalam pengasuhan anak.

Baca Juga: Orang Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker

Berbagai literasi menyebutkan bahwa fatherless terjadi karena reduksi peran gender tradisional di dalam rumah tangga, terutama mengenai pengasuhan dan mendidik anak. Reduksi peran gender ini memosisikan sang ibu sebagai penanggung jawab penuh untuk mendidik anak.

Padahal, pada hakikatnya, mendidik anak merupakan tugas dari kedua orang tua, yakni ayah dan ibu. Setiap ayah maupun ibu memiliki masing-masing peran penting dalam proses mendidik anak. Jika salah satu peran tersebut tidak terpenuhi, proses pengasuhan menjadi timpang, dan akan memicu terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak di kemudian hari.

Pegiat pengasuhan keayahan yang merupakan salah seorang pendiri Komunitas Ayah ASI Bandung Veby Mayfriandi menuturkan, dari sudut pandang laki-laki, budaya patriarkis yang kental di Indonesia memegang peranan penting terhadap maraknya fenomena fatherless di Indonesia. Sudut pandang tradisional itu menyebutkan bahwa tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah, sedangkan mengurus anak adalah tanggung jawab sang ibu.

Pengasuhan seorang anak laki-laki -yang pada akhirnya akan menjadi seorang suami kemudian ayah, juga memegang peranan penting lainnya. Ketika kecil, misalnya, anak laki-laki kerap dibiasakan untuk menyukai hal-hal seperti mainan mobil-mobilan, senjata, militer, dan hal-hal yang dianggap memicu maskulinitas.

Baca Juga: Cegah Efek Samping Persalinan Caesar bagi Kesehatan Bayi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat