PIKIRAN RAKYAT - Cara orangtua mengajarkan anak tentang kedisiplinan berbeda-beda. Beberapa di antara mereka ada yang mengajarkan kedisiplinan pada anak dengan cara bersikap tegas atau bahkan memarahi anaknya.
Cara ini tidak salah selama diterapkan pada waktu yang tepat. Memarahi anak pada waktu yang kurang tepat akan berdampak pada perkembangan emosional dan mental anak.
Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui tahapan perkembangan anak Anda sehingga tahu harus bersikap apa pada waktu tertentu.
Tahapan Perkembangan Anak
Tahun Anak Usia Dini (Usia 1-5)
Pada periode usia dini, anak mulai mengenal bahasa dan memahami norma-norma sosial dasar. Oleh karena itu, jika anak Anda melakukan hal yang tak sesuai dengan norma pada masa-masa ini, jangan langsung memarahinya karena anak baru belajar soal itu. Anda perlu menyampaikannya dengan cara yang lembut.
Anak Tengah (Usia 6-11)
Berlanjut ke masa kanak-kanak, setiap anak menjadi lebih sadar akan ekspektasi dan aturan sosial yang diajarkan orangtua.
Meski begitu, fokus masa kanak-kanak sepenuhnya adalah pengembangan kemandirian dan tanggung jawab. Mereka harus memahami adanya konsekuensi dalam setiap tindakan, sehingga sebaiknya lakukan diskusi konstruktif daripada teguran keras.
Masa Remaja (Usia 12-18)
Tiba pada masa remaja, setiap anak biasanya mengalami perubahan fisik, emosional, dan kognitif yang signifikan. Mereka memperjuangkan otonomi dan mungkin menolak bentuk disiplin otoriter.
Alhasil, orangtua kepada anaknya dianjurkan mengutamakan komunikasi terbuka, saling menghormati, dan menetapkan ekspektasi yang jelas.
Selain itu, pemecahan masalah sebaiknya dilakukan kolaboratif dan membiarkan mereka belajar dari konsekuensi alami yang didapatkan dari sekitarnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi disiplin
Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi sikap disiplin dalam diri setiap anak. Berikut penjelasan dari beberapa contohnya.