kievskiy.org

Cara Sederhana Otak Membedakan Suara Dapat Membantu Orang yang Mengalami Gangguan Komunikasi

Ilustrasi mendengarkan musik
Ilustrasi mendengarkan musik /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Para ilmuwan mulai memahami versi pendengaran dari “berkhayal”

Tanpa kita sadari, telinga kita menerima berbagai suara baik musik maupun sebuah ucapan. Otak kita membantu untuk memberi tahu kita perbedaan antara lagu musim panas dan cerita dari teman secara bergantian. 

Dilansir Popular Science, para ilmuwan telah berhasil menemukan bagaimana proses otak membedakan suara ini terjadi. Hal ini juga akan membawa kita pada opsi perawatan yang baru untuk membantu para pasien aphasia (gangguan bahasa yang memengaruhi kemampuan komunikasi) mendapatkan kemampuan berbicaranya kembali. Penelitian terperinci bisa diakses di jurnal PLOS Biology yang dipublikasikan pada tanggal 28 Mei.

Andrew Chang, psikolog Universitas New York dan juga rekan penulis penelitian ini mengatakan bahwa meskipun musik dan ucapan memiliki perbedaan di banyak aspek, mulai dari nada, warna suara, hingga tekstur suara, hasil penelitian mereka menunjukan kalau sistem pendengaran kita menggunakan akustik parameter sederhana yang mencolok untuk membedakan antara musik dan ucapan yang diterima oleh telinga kita.

Mengukur Kebisingan

Hal yang dikuasai para ilmuwan adalah cara mengukur laju sinyal audio menggunakan unit pengukuran bernama Hertz (Hz). Semakin besar jumlah Hz, semakin besar pula jumlah kejadian atau siklus per detik. Seseorang biasanya berjalan dengan kecepatan 1,5 hingga 2 langkah per detik atau 1,5 hingga 2 Hz. Lagu Stevie Wonder yang berjudul Superstition memiliki kecepatan sekitar 1,6 Hz. Sebagai perbandingan, sebuah ucapan bisa memiliki jumlah kira-kira dua hingga tiga kali lebih cepat atau hampir 4 hingga 5 Hz (setara dengan suara yang sering digunakan untuk meditasi).

Volume lagu dari waktu ke waktu – atau modulasi amplitudo – cukup stabil pada 1 hingga 2 Hz. Sedangkan, ucapan manusia memiliki modulasi amplitudo 4 hingga 5 Hz, yang berarti volumenya sering berubah.

Meskipun musik dan ucapan selalu ada dimana-mana sepanjang waktu, para peneliti masih belum memiliki pemahaman yang jelas mengenai bagaimana sistem pendengaran kita bisa secara otomatis menentukan suara sebagai musik atau sebagai ucapan. 

Ilustrasi mendengar di kebisingan
Ilustrasi mendengar di kebisingan Freepik
Mendengar Suara di Tengah Keramaian

Pada penelitian ini, sebuah tim melakukan empat serangkaian percobaan. Lebih dari 300 partisipan mendengarkan serangkaian segmen audio dari musik gabungan dan suara seperti ucapan seseorang. Klip-klip tersebut memiliki amplitudo, kecepatan modulasi, dan keteraturan yang bervariasi. Namun, klip ini memungkinkan telinga dan otak hanya mendeteksi volume dan kecepatannya. Para peserta juga telah diberitahu bahwa suara tersebut merupakan musik atau ucapan yang disamarkan dengan suara bising. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat