kievskiy.org

Prancis Krisis Keamanan, Francois Hollande di Bawah Tekanan

PARIS, (PR).- Terjadinya serangkaian serangan brutal di Prancis saat negara tersebut berada dalam kondisi darurat telah membuat banyak warga Prancis kesal dengan pemerintah mereka. Seperti dilaporkan Reuters, Jumat 29 Juli 2016, pemerintahan Presiden Francois Hollande saat ini berada dalam tekanan setelah peningkatan ancaman keamanan usai serangan teroris 13 November 2015 lalu. Rakyat Prancis mempertanyakan mengapa di tengah kondisi darurat saat 10.000 tentara dikerahkan menjaga keamanan Prancis sejak 13 November 2015 lalu, negara mereka masih juga kebobolan serangan teroris. Parahnya, dalam serangan terbaru di salah satu gereja di Prancis utara, kedua pelakunya, Abdul Malik Nabil Petitjean dan Adel Kermiche telah masuk dalam daftar teroris yang diawasi intelejen. Bahkan, fakta terbaru menunjukkan intelejen Prancis telah mendapat informasi dari intelejen Turki soal keterlibatan Abdul dengan ISIS akhir Juni lalu. Foto Abdul telah disebarkan di kalangan aparat keamanan Prancis 4 hari sebelum serangan di gereja trejadi yang menewaskan satu pastor dan melukai 4 lainnya. Otoritas Prancis telah mengakui pihaknya mendapatkan informasi soal Abdul sejak Juni lalu dan 4 hari sebelum serangan, foto Abdul telah disebar. Namun, gerak intelejen lamban sehingga Abdul dan Adel bisa melakukan aksi brutalnya di gereja di kota kecil di Prancis utara. Terungkapnya fakta terbaru itu membuat rakyat Prancis meminta Perdana Menteri Manuel Valls dan Mendagri Bernard Cazeneuve segera mengundurkan diri. Sementara untuk Hollande, warga Prancis akan menggunakan pemilu karena masa jabatan Hollande tinggal beberapa bulan lagi. Pemilu akan digelar tahun depan dan hasil survey menunjukkan popularitas Hollande di bawah 10 persen. Angka itu menunjukkan dia sebagai pemimpin yang tak disukai mayoritas warganya. Warga Prancis kemungkinan akan menggunakan pemilu tahun depan untuk tak lagi memilih pemimpin partai sosialis tersebut sebagai Presiden Prancis. Karena serangkaian serangan teroris sejak awal 2015 yaitu kasus Charlie Hebdo, popularitas partai sayap kanan meningkat. Saat ini, partai ayap kiri menjadi petahana.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat