kievskiy.org

Politisi Muda Jens Spahn Digadang Gantikan Merkel

BERLIN, (PR).- Sebelum jutaan migran membanjiri Jerman sejak awal 2015, tak ada pihak manapun di Jerman yang mempertanyakan soal kepemimpinan Kanselir Angela Merkel. Bahkan, warga Jerman pun ingin Merkel terus memimpin Jerman karena selama 11 tahun pemerintahannya, ekonomi Jerman sangat maju. Jerman menjadi negara terkuat di Uni Eropa yang membuat Merkel juga menjadi pemimpin paling kuat di benua Eropa. Akan tetapi, seperti dilaporkan The Guardian, Minggu 28 Agustus 2016, popularitas Merkel mulai merosot sejak negara Bavaria tersebut dibanjiri jutaan migran pada 2015 lalu. Mayoritas pendatang berasal dari Timur-Tengah. Merkel menerima para migran tersebut dengan terbuka. Bahkan, untuk warga asal Suriah, pemerintahan Merkel menerima mereka tanpa syarat. Pasalnya, dengan pertimbangan negara tersebut dilanda perang saudara selama hampir enam tahun, Merkel menilai semua warga Suriah telah menderita sehingga sudah seharusnya penderitaan mereka dipertanyakan. Kenyataanya, sejumlah ektremis menyusupi pencari suaka asala Suriah dan negara Timur-Tengah lainnya. Hal ini terungkap setelah Jerman dilanda lima serangan teroris pada Juli 2016 lalu. Semua pelaku merupakan pencari suaka yang selama ini telah dijamu dengan baik di Jerman. Mereka diberikan berbagai fasilitas gratis, mulai dari akomodasi, pelayanan kesehatan, pendidikan dan uang saku. Kebijakan Merkel yang sangat pro-migran ini telah membuat sejumlah politisi dan warga antipati kepada Merkel yang merupakan politisi dari Partai Kristen Demokrat (CDU) tersebut. Sejak lima serangan teroris mengguncang Jerman Juli lalu, warga dan politisi Jerman mulai menumpahkan kekesalan mereka terhadap Merkel karena pemimipn Jerman ini dianggap telah memasukkan 1,2 juta migran dari berbagai negara ke Jerman. Warga Jerman menilai kebijakan Merkel telah membuat Jerman menjadi tak aman. Akan tetapi, otoritas partai petahana, Partai Kristen Demokrat (CDU) membela kebijakan Merkel dan mengatakan, tanpa ada migran pun, terorisme dan kekerasan lainnya bisa terjadi. Selama ini Merkel menjadi satu-satunya pemimpin di Eropa yang bersedia menerima migran dalam jumlah sangat banyak. Hal ini telah membuat popularitas Merkel dan CDU merosot. Kini wacana penggantian Merkel yang sebelumnya tak pernah muncul, sejak terjadinya sejumlah persoalan serius terkait membanjirnya migran di Jerman, para politisi pun mulai membicarakan sosok pengganti Merkel. Dilansir Guardian, sosok yang digadang-gadang akan menggantikan Merkel tersebut adalah politisi muda yang jug awakil menkeu Jens Spahn (36). Jens yang secara terbuka mengaku sebagai politisi yang burka-fobia mengatakan, warga migran seharusnya tunduk dengan aturan dan budaya yang berlaku di Jerman. “Jerman bisa jadi bukan lagi negara yang cocok untuk orang-orang yang ingin istri mereka tetap berpakaian burqa dan niqab. Kami harus tegaskan hal ini karena sekarang Jerman menjadi negara yang sangat diminati banyak orang dari berbagai negara. Mereka ingin menetap di sini. Kami perlu menyampaikan pesan terhadap orang-orang tersebut soal apa yang bisa diterima di sini dan apa yang tak bisa diterima," ujar Jens yang juga anggota DPR untuk daerah pemilihan Steinfurt dan Borken. Sampai saat ini, tak ada larang mengenakan burqa dan niqab di Jerman. Namun belakangan sejumlah politisi mulai membuat wacana untuk meminta pemerintah melarang penggunaan burqa dan niqab sebagaimana yang dilakukan pemerintah Prancis.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat